Tiongkok terus menggencarkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Adapun salah satu upaya Tiongkok mendorong transisi energi melalui pertumbuhan sektor fotovoltaik (PV).

Dilansir dari Xinhua, sektor fotovoltaik Tiongkok membukukan pertumbuhan yang kuat dalam dua bulan pertama tahun 2023 dengan produk utama dari rantai industri tersebut mencatatkan tingkat pertumbuhan tahunan (year on year) sekitar 60 persen, tunjuk data resmi.

Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Tiongkok mencatat, saat ini Beijing mampu memproduksi sekitar 176 ribu ton polisilikon selama periode tersebut. Adapun jumlah tersebut naik lebih dari 60 persen dari tahun sebelumnya.

Data tersebut juga melaporkan bahwa output wafer polisilikon meningkat 78 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam periode dua bulan tersebut, output sel PV silikon kristalin meningkat 57,5 persen hingga mencapai 62,2 gigawatt, sementara output modul melonjak 62,2 persen, menurut kementerian tersebut.

Polisilikon adalah bahan semi-konduktor yang paling umum digunakan dalam industri fotovoltaik untuk membuat sel surya. Polisilikon memiliki sifat semikonduktor yang memungkinkannya untuk menghasilkan listrik saat terkena cahaya matahari, dan oleh karena itu, digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan sel surya dan panel surya. Polisilikon juga digunakan dalam aplikasi elektronik dan mikroelektronik sebagai bahan dasar dalam pembuatan chip dan komponen elektronik lainnya.

Sebelumnya, Asosiasi Manufaktur Tenaga Surya pada pekan lalu memperkirakan bahwa Tiongkok akan menambah 95 hingga 120 gigawatt (GW) tenaga surya pada tahun 2023. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 30 persen, sekaligus akan menjadi rekor peningkatan kapasitas tahunan.

Data resmi menunjukkan, pembuat produk surya terbesar di dunia dan pembangkit tenaga surya membawa 87,41 GW tenaga surya baru untuk beroperasi pada tahun 2022. Angka tersebut mendorong total kapasitas terpasang menjadi 392,61 GW.

"Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya di Tiongkok terus menghadapi beberapa masalah meskipun ada sedikit penurunan biaya investasi," kata Ketua Kehormatan Asosiasi Industri Fotovoltaik Tiongkok (CPIA) Wang Bohua dalam sebuah konferensi, dikutip dari Reuters.

Wang mengatakan, hambatan tersebut termasuk persyaratan wajib dari beberapa pemerintah daerah untuk memasang penyimpanan energi di samping ladang surya, dan pembatasan penggunaan tanah dan air di tengah upaya Beijing yang berkembang untuk melindungi lahan pertanian.

Sementara kapasitas tenaga surya negara berkembang pesat, pengekspor produk tenaga surya menghadapi lebih banyak perselisihan perdagangan dan persaingan yang lebih ketat di lepas pantai di negara tujuan seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan India.

Beijing mengekspor sekitar 36,3 GW solar wafer dan 23,8 GW sel surya pada tahun 2022, masing-masing naik 61 persen dan 131 persen year-on-year, menurut data CPIA. Namun, ekspor modul surya tahun lalu tumbuh lebih lambat sebesar 56 persen karena lebih banyak pabrik modul yang dibangun di luar negeri.

Sebagai informasi, tenaga surya adalah energi yang dihasilkan dari sinar matahari yang dikonversi menjadi listrik atau panas. Prosesnya dilakukan melalui penggunaan teknologi panel surya, di mana panel surya menangkap energi dari sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik melalui efek fotovoltaik.

Baca Juga: