JAKARTA - Para pelaku perkebunan kelapa sawit nasional tetap berkomitmen menerapkan praktik sawit berkelanjutan. Caranya dengan Sustainability Policy & Certifications yang meliputi No Deforestasi, perlindungan lahan gambut, dan peningkatan dampak sosial ekonomi masyarakat sekitar kebun.

Praktik sawit berkelanjutan tersebut nampak dari penerapan inisiatif berkelanjutam perusahaan, yakni dengan adanya penerapan Best Management Practicess (BMP) dalam budidaya kelapa sawit termasuk kepada mitra petani, dukungan benih sawit unggul, pemberian premium sharing bagi petani yang telah menerapkan praktik sawit berkelanjutan, serta melakukan menejemen energi dengan memanfaatkan limbah sawit menjadi biogas.

Direktur Asian Agri, Bernard Riedo mengatakan, kepemilikan lahan perkebunan kelapa sawit perusahaan itu (kebun inti) telah seluas 100 ribu hektar serta telah bermitra dengan petani sawit dengan model skim plasma terdapat 60 ribu ha, dan model kemitraan melalui dengan petani swadaya mencapai 42 ribu ha," sebut Bernard dalam diskusi virtual bertajuk Minyak Sawit Sebagai Minyak Nabati Berkelanjutan Terbesar Dunia di Jakarta, Kamis (9/12).

Kepala Bidang Implementasi ISPO Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Pusat M Hadi Sugeng mengatakan, praktik sawit berkelanjutan telah dilakukan semenjak 2011 lalu sesuai kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Sampai September 2021, capaian Sertifikat ISPO perusahaan anggota GAPKI telah dikeluarkan sebanyak 542 sertifikat, lantas sertifikasi ISPO untuk non GAPKI sebanyak 275 sertifat, dan yang didapat petani sebanyak 24 sertifikat, dengan total sebanyak 841 sertifikat.

Plt. Direktur Kemitraan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Edi Wibowo menyebut fokus program pengembangan industri sawit dalam negeri meliputi disektor hulu, yakni Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), dukungan sara dan prasarana, serta program pengembangan SDM.

"Dampak untuk petani sawit swadaya berupa Efisiensi biaya usaha berkebun sawit rakyat, serta harga jual TBS Sawit yang optimum, " kata Edy menjelaskan.

Lebih lanjut kata dia, sampai Oktober 2021 jumlah pekebun sawit yang terlibat dalam PSR mencapai 102.209 petani, dengan luas lahan sekiar 234.392 ha, serta dana yang telah tersalurkan sejumlah6,34 triliun rupiah.

Baca Juga: