JAKARTA - IndosatOoredoo Hutchison (Indosat)berkolaborasi dengan Global System for Mobile Communication Association(GSMA)dalam upaya meningkatkan ketahanan lingkungan dan ekonomi Indonesia dengan pengembangan mitigasi berbasis seluler. Kerjasama ini merupakansalah satuinisiatif untukmenanganidampakperubahan iklim duniayang dituangkan ke dalamprogram Digitalisasi Konservasi Mangrove di Kalimantan Utara.

Program berkelanjutan inijugamendapatkan dukungan dariKementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), danDeutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit(GIZ),Universitas Borneo Tarakan,Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, dan Pemda Sebatik Barat.

President Director and CEOIndosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha,mengatakanisuperubahan iklim dunia telah menjadi perhatian global dan berdampak signifikan bagikelestarian ekosistem makhluk hidup. Kolaborasi Indosat dengan GSMA merupakan langkah nyata untuk mengatasi isu perubahan iklim lewat pemanfaatan teknologi digital.

"Upaya bersama yang sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia ini akan meningkatkan ketahanan lingkungan sekaligus meningkatkan perekonomian yang tidak hanya bagi masyarakat sekitar, tapi juga mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa," ujarnya melalui keterangan tertulis Senin (22/5).

Sementata itu Head of Asia Pasific Global System Mobile Communications Association (GSMA), Julian Gorman,menuturkan GSMA memperkuat komitmennya dalam mengatasi tantangan iklim global melalui dukungan program digitalisasi untuk mengatasi dampak buruk dan iklim ekstrim. Kolaborasi antara Indosat dan GSMA Mobile Innovation Hub, merupakan kontribusi industri seluler terhadap lingkungan dengan menghubungkan komunitas melalui solusi digital.

"Apalagi, konservasi mangrove merupakan kebutuhan global di banyak komunitas pesisir. Kemitraan strategis ini tentunya membawa produktivitas dan ketahanan lingkungan di masa yang akan datang," paparnya.

Program Digitalisasi Konservasi Mangroveinimerupakan kelanjutan dari penandatangannota kesepahaman (MoU) di Barcelona pada Maret 2023 laluyang akan dilakukan dalam dua bentuk kegiatan. Pertama adalah pemetaan wilayah laut dan pesisir dengan menggunakanOpen-source&Geospatial Mappingdi wilayah pesisir dan laut Kalimantan Utara khususnya di Desa Setabu, Kecamatan Sebatik Barat.

"Kegiatan ini akan melibatkan warga serta tokoh masyarakat sekitar dengan menggunakan aplikasi Qfiled yang dapat diperbarui secara berkala," kata Gorman.

Dengan aplikasi Qfield tersebut, Indosat bersama GSMA, BMZ dan GIZ juga memberi pelatihan pemetaan untuk memetakan area wilayah pesisir dan pantai,serta memproduksidigital mapuntuk kegiatan selanjutnya. Keberhasilan dari kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk disosialisasikan kepada pelaku usaha lain serta melindungi mangrove dalam jangka panjang.

Kegiatan kedua adalah memperkenalkan solusi digital berbasis internet of things(IoT) kepada para petambak udang lokal untukmemantaukadar air dalam tambak, khususnya yang berdekatan dengan wilayah tumbuh mangrove. Tujuannya adalah agar produktivitas tambak-tambak kecil meningkat serta menghindari mangrove dari ancaman penebangan oleh para petambak besar.

Vikram menambahkan, digitalisasi akan mampu mengurangi dampak kerusakan alam dan memaksimalkan berbagai potensi yang belum tersentuh untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Indosat akan terus memposisikan diri sebagai kolaborator utama untuk memberdayakan Indonesia.

Baca Juga: