Di akhir pelaksanaan KTT Asean, Presiden Indonesia, Joko Widodo, menyatakan bahwa implementasi lima poin konsensus belum memperlihatkan kemajuan yang signifikan dalam mengimplementasikan rencana perdamaian di Myanmar.

LABUAN BAJO - Negara-negara Asia tenggara tidak membuat kemajuan yang signifikan dalam mengimplementasikan rencana perdamaian untuk mengakhiri pertumpahan darah di Myanmar. Hal itu dikatakan Presiden Indonesia, Joko Widodo, pada Kamis (11/5) saat pertemuan puncak Asean usai.

"Saya harus jujur ??mengatakan bahwa implementasi lima poin konsensus belum ada kemajuan yang signifikan," kata Presiden Joko Widodo pada hari terakhir KTT Asean di Labuan Bajo, Flores, Indonesia.

Isu kekerasan di Myanmar yang dikuasai junta mendominasi agenda pertemuan tiga hari Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (Asean). Sejak militer Myanmar menggulingkan pemerintahan sipil pemimpin Aung San Suu Kyi pada 2021 lalu, junta militer Myanmar melakukan tindakan keras berdarah terhadap perbedaan pendapat yang telah menewaskan ribuan orang.

Asean telah mempelopori upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis, tetapi sebagian besar upaya untuk memberlakukan rencana lima poin yang disepakati dengan Myanmar dua tahun lalu sia-sia dan telah memicu peringatan bahwa blok regional sudah tidak relevan lagi.

Oleh karena itu Presiden Joko Widodo mendesak anggota Asean harus tetap bersatu dalam menyelesaikan krisis atau mengambil risiko pecahnya blok tersebut.

"Tidak boleh ada pihak di dalam atau di luar Asean yang mendapat keuntungan dari perselisihan internal di Myanmar. Kekerasan harus diakhiri," kata dia.

Sayangnya saat ini negara-negara anggota Asean terpecah tentang bagaimana menangani masalah ini. Sebuah laporan internal tentang diskusi pekan ini antara menteri luar negeri Asean mengatakan beberapa negara ingin mengundang kembali junta ke pertemuan Asean karena isolasi telah mencapai tujuannya.

Perlu Visi Baru

Sementara itu dipegangnya keketuaan Asean oleh Indonesia telah meningkatkan harapan bahwa Asean dapat berhasil mendorong solusi damai dengan menggunakan bobot ekonomi dan pengalaman diplomatiknya.

Namun selain mengungkapkan keprihatinan atas pertumpahan darah yang terus berlanjut, para pemimpin Asean saat KTT di Labuan Bajo tidak menghasilkan sesuatu yang konkret untuk memajukan proses perdamaian. Pada pernyataan akhir KTT Asean bahkan tidak memberikan jadwal atau rencana terkait pelaksanaan konsensus lima poin.

Ada kekhawatiran upaya perdamaian di Myanmar bisa terhenti tahun depan ketika Laos menjadi ketua Asean.

Menanggapi hal itu, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengatakan sudah waktunya meninjau kembali prinsip non-interferensi untuk memberi Asean kemampuan menghadapi tantangan seperti krisis Myanmar yang memiliki implikasi regional.

"Asean membutuhkan sebuah visi baru yang dapat memberi kita fleksibilitas untuk mengarahkan dan mengarahkan jalan ke depan," kata PM Anwar kepada sesama pemimpin dalam sebuah video yang diposting di akunTwitter-nya. AFP/I-1

Baca Juga: