» Sisi permintaan masih rendah dan kalaupun ada pemulihan belanja cenderung timpang.

» APBD mangkrak di Bank Pembangunan Daerah per Maret 2021 mencapai 182 triliun rupiah.

JAKARTA - Ekonomi Indonesia masih sulit keluar dari resesi akibat pandemi Covid-19. Sejak masuk resesi pada triwulan III-2020, ekonomi masih berkontraksi. Pada triwulan I-2021 diperkirakan masih negatif 0,9 persen.

Pakar Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, mengatakan pemulihan ekonomi yang terkesan setengah hati justru mempersulit upaya untuk keluar dari resesi.

"Ini bedanya kita dengan Singapura dan Vietnam, pemulihan ekonomi kita setengah hati. Pada satu sisi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus mendorong konsumsi terutama saat momen Ramadan dan Idul Fitri dengan berbagai macam stimulus. Namun, pembatasan yang sangat ketat, seiring dengan ledakan Covid-19 di India benar-benar menghantui," kata Bambang.

Terlepas dari upaya pembatasan itu, dia menyarankan agar pemulihan ekonomi melalui kebijakan betul-betul dirasakan pelaku usaha dan masyarakat, baru berharap untuk lepas dari resesi.

Sementara itu, Peneliti Indef, Bhima Yudisthira, mengatakan untuk kuartal I ekonomi masih mengalami resesi yang ditandai dari inflasi pada Maret 2021 yang rendah yakni 0,08 persen dengan inflasi inti malah deflasi.

"Sisi permintaan masih rendah dan kalaupun ada pemulihan belanja cenderung timpang antara kelas atas dan bawah. Hambatan mobilitas jadi faktor utama tingkat konsumsi rendah," jelas Bhima.

Di sisi lain, penyerapan belanja pemerintah daerah juga belum optimal mendorong ekonomi. Hal itu tecermin dari masih ada 182 triliun rupiah yang mangkrak di bank daerah. Padahal serapan belanja daerah penting untuk menciptakan geliat ekonomi di daerah khususnya selama pelarangan mudik Lebaran.

Satu-satunya yang bisa diandalkan mengakselerasi perekonomian adalah sisi ekspor seiring terjadinya kenaikan permintaan bahan baku industri dari Tiongkok dan Amerika Serikat (AS).

"Kita diuntungkan dengan supersiklus komoditas, tapi permintaan domestik sebenarnya masih loyo," kata Bhima.

Pengendalian Covid-19

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) mengakui bahwa fondasi pemulihan ekonomi adalah pengendalian Covid-19.

"Kita harus mempercepat belanja pemerintah, terutama berbagai bentuk bantuan sosial, padat karya, serta mendorong belanja masyarakat. Demand side harus diperbesar, sisi permintaan harus diperbesar. Kemarin saya sudah mengingatkan, di akhir Maret 2021 di perbankan masih ada uang APBD provinsi, kabupaten, dan kota 182 triliun rupiah. Seharusnya itu segera dibelanjakan untuk memperbesar sisi permintaan, sisi konsumsi," kata Presiden.

Selain itu, Kepala Negara juga menekankan pentingnya mendorong agar industri mulai bangkit, sehingga para karyawan mulai bekerja. Domestic supply side harus ditingkatkan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, dalam kesempatan yang sama memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun ini masih berkontraksi 0,6-0,9 persen.

Upaya pemulihan, jelasnya, baru terakselerasi pada triwulan II-2021 dengan harapan kasus Covid-19 mulai terkendali, sehingga ekonomi pun bisa pulih dan tumbuh positif sekaligus membawa Indonesia keluar dari resesi.

Perkembangan ekonomi Tiongkok dalam satu tahun terakhir tambahnya dapat dijadikan role model karena mampu tumbuh tinggi setelah terpuruk akibat pandemi. Ekonomi negara tersebut pulih sejak triwulan II-2020 setelah pada triwulan I-2020 berkontraksi sangat dalam. Pada triwulan I-2021, ekonomi Tiongkok rebound dan tumbuh hingga 18,3 persen.

n SB/ers/E-9

Baca Juga: