JAKARTA - Dalam mengadapi situasi global saat ini, Indonesia harus bisa melakukan antisipasi lebih dini jika terjadi ganggungan rantai pasok.

Gangguan juga terjadi dari kondisi geopolitik global seperti perang Russia-Ukraina, perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, serta konflik Tiongkok dan Taiwan.

Chairman Supply Chain Indonesia (SCI), Setijadi mengatakan rantai pasok yang resilien sangat dibutuhkan untuk menghadapi dinamika dan disrupsi rantai pasok yang terus terjadi. Dinamika rantai pasok yang sangat signifikan terjadi pada masa pandemi. Selain berupa gangguan pasokan, gangguan juga terjadi juga dalam transportasi termasuk kelangkaan kontainer yang berdampak besar terhadap logistik industri.

"Berbagai gangguan dan disrupsi rantai pasok telah dilalui namun para pelaku industri harus melakukan antisipasi, baik terhadap fenomena serupa maupun berbeda, termasuk terhadap ancaman resesi ekonomi pada 2023," kata Setijadi dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/11).

Dia menjelaskan beberapa strategi membangun rantai pasok yang resilien. Pertama, peningkatan kemampuan dan kecepatan adaptasi terhadap dinamika dalam lingkup domestik, region, dan global.

Kedua, membangun jejaring kerja sama dan penguasaan rantai pasok global. Keberadaan dalam rantai pasok global memang berisiko, namun dengan penguasaan yang baik justru memudahkan untuk mengatasi disrupsi.

Lalu, kata Setijadi, Ketiga, untuk mengantisipasi gangguan sumber pasokan dan jaringan transportasi, strategi sourcing harus diubah dari single sourcing menjadi global sourcing dengan multi-provider, multi-country, dan multi-region.

Keempat, hilirisasi untuk meningkatkan nilai jual komoditas. Pengembangan industri hilir sangat perlu untuk memperkuat struktur industri dan mengurangi ketergantungan bahan baku. Untuk industri farmasi, misalnya, sekitar 95 persen bahan baku berasal dari impor

"Dan yang terakhir, pemanfaatan teknologi informasi perlu ditingkatkan untuk mendukung efisiensi dan efektivitas logistik dan rantai pasok, serta untuk mengembangkan dan memperkuat rantai pasok domestik sebagai upaya mengurangi ketergantungan rantai pasok global," katanya.

Sebelumnya, Dialog Informal Pemimpin APEC di Queen Sirikit National Convention Center, Bangkok, Jumat (18/11), Presiden Joko Widodo mengemukakan dua sektor prioritas yang bisa mendorong upaya pemulihan ekonomi global, yaitu rantai pasok yang resilien dan industri kreatif sebagai pertumbuhan baru. Hal itu disampaikan Presiden pada.

"Rantai pasok pangan dan energi perlu dijaga serta sumber alternatif, rute dan hub logistik baru perlu didukung investasi baru. Hilirisasi menjadi kunci agar negara berkembang dapat menjadi bagian rantai pasok melalui produksi barang yang memiliki nilai tambah bukan hanya sebagai sumber bahan baku," ujar Presiden.

Baca Juga: