JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Persatuan Emirat Arab (PEA) Sheikh Mohamed bin Zayed bin Sultan Al Nahyan menindaklanjuti pembahasan mengenai kerja sama investasi pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terkait pertemuan kedua pemimpin di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab, akhir pekan kemarin. "Kedua pemimpin menindaklanjuti pembahasan sebelumnya yaitu mengenai kerja sama investasi pembangunan IKN," ujar Menlu Retno dalam keterangan secara daring terkait dengan pertemuan Jokowi dan Presiden PEA.

Retno mengatakan bahwa kedua pemimpin membahas implementasi komitmen investasi PEA untuk pembangunan IKN, dan beberapa tindak lanjut terkait dengan investasi IKN, antara lain, pembentukan pendanaan pembangunan IKN berupa IKN Fund oleh Indonesia Investment Authority (INA) dengan pihak PEA.

"Yang lain akan disiapkan paket investasi oleh Indonesia. Pemerintah sedang menggodok rancangan peraturan pemerintah terkait dengan investasi," jelas Retno.

Investor Optimistis
Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan bahwa sejumlah investor dan pengusaha Uni Emirat Arab (UAE) menyatakan optimistis atas prospek kerja sama proyek di Indonesia seusai ditemui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menteri BUMN turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut di Hotel Emirates Palace, Abu Dhabi, UAE, Jumat. "Alhamdulillah tadi pertemuan Bapak Presiden dengan beberapa perusahaan investasi dari Abu Dhabi di mana mereka sangat optimistis untuk bekerja sama dalam beberapa proyek yang bisa disinergikan antara dua negara, yaitu UAE, Abu Dhabi, dengan tentunya Indonesia," kata Erick dalam keterangan pers Sekretariat Presiden yang diterima di Jakarta, kemarin.

Menurut Erick dalam dialog tersebut terdapat empat poin penting yang menjadi topik diskusi antara Presiden Jokowi dengan investor-pengusaha UAE.

Yang pertama terkait logistik udara, di mana Indonesia dan UAE bisa menjadi mitra yang saling menguntungkan di tengah ketidakpastian dalam hal logistik dan rantai pasok. "Indonesia dan UAE ini bisa menjadi partner yang saling menguntungkan. Di mana Indonesia sebagai pusat dari supply chains karena Indonesia kaya dengan sumber daya alam seperti energi, pangan, dan lain-lain," katanya.

Kemudian secara bersamaan UAE diyakini dapat menjadi jendela bagi Indonesia untuk melakukan transaksi komoditas ke luar negeri.

Hal itu, tambah Erick, juga bisa memicu pembukaan lapangan kerja yang sangat besar di Indonesia serta membuka celah untuk transaksional memaksimalkan kerja sama ekonomi.
Poin kedua yang dibahas adalah berkenaan dengan ibu kota negara (IKN) Nusantara, di mana Indonesia menyampaikan dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang pesat memang diperlukan pembangunan ibu kota baru.

Menurut Erick pemerintah perlu menyiapkan kota masa depan untuk penduduk yang saat ini mayoritas berusia muda. "Tidak mungkin 50 juta usia muda Indonesia itu harus masuk ke kota-kota yang sudah tua. Tentu dengan sistem dari teknologi terbarukan kita harus menyiapkan kota masa depan. UAE sendiri, Abu Dhabi sangat optimistis melihat ini karena melihat percontohan kota-kota besar di dunia yang sekarang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: