ISTANBUL/NEW DELHI - India pada Minggu (10/9) menyerahkan kepemimpinan G20 kepada Brazil dan mengusulkan pertemuan virtual negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu pada November mendatang.

Mengutip Anadolu, pada hari terakhir KTT di New Delhi, Perdana Menteri India Narendra Modi mengucapkan selamat kepada Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva dan menyerahkan palu kepemimpinan.

India, yang menggantikan Indonesia, telah memimpin G20 sejak 1 Desember, dan akan terus menjabat hingga 30 November. Brazil akan mengambil alih kepemimpinan pada 1 Desember.

"Adalah usulan saya agar kita mengadakan sesi G20 lagi secara virtual pada akhir November… kita dapat meninjau kembali isu-isu yang telah disepakati dalam pertemuan puncak ini," kata Modi."Tim kami akan membagikan rinciannya."

Lula, pada bagiannya, mengatakan "inklusi sosial, perjuangan melawan kelaparan, transisi energi dan pembangunan berkelanjutan" akan menjadi prioritas Brasil di G20.

Dia mengatakan, Dewan Keamanan PBB "membutuhkan negara-negara berkembang baru sebagai anggota tetap dan tidak tetap untuk mendapatkan kembali kekuatan politik."

"Kami menginginkan keterwakilan yang lebih besar bagi negara-negara berkembang di Bank Dunia dan IMF," tambahnya.

Selama pertemuan puncak dua hari tersebut, blok tersebut mengadopsi deklarasi konsensus yang meminta negara-negara untuk menahan diri dari perebutan wilayah melalui penggunaan kekuatan, mengakui Uni Afrika sebagai anggota G20, dan membuat komitmen pada beberapa isu, termasuk keamanan pangan dan energy, perubahan iklim, dan kerentanan utang global.

Konsensus tersebut merupakan sebuah terobosan ketika Kelompok 20 terpecah belah mengenai perang di Ukraina, dan negara-negara Barat dikatakan mendorong kecaman dalam deklarasi tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping tidak menghadiri pertemuan puncak tersebut.

Sherpa atau negosiator G20 India, Amitabh Kant menggambarkan konsensus sebagai "bagian paling kompleks".Dia mengatakan ada 200 jam perundingan tanpa henti, 300 pertemuan bilateral dan 15 rancangan undang-undang yang bertujuan untuk mencapai konsensus mengenai konflik Ukraina.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan karena upaya Ankara, blok tersebut mengutuk serangan terhadap kitab suci.

"Kami sangat menyesalkan semua tindakan kebencian agama terhadap seseorang, serta tindakan yang bersifat simbolis tanpa merugikan kerangka hukum dalam negeri, termasuk terhadap simbol-simbol agama dan kitab suci," kata Deklarasi Pemimpin G20 di New Delhi.

Koridor Ekonomi India-Timur Tengah-Eropa yang ambisius juga diluncurkan, yang akan mencakup investasi pada kapal dan kereta api, yang menghubungkan Asia Selatan di dua benua.

Baca Juga: