NEW DELHI - India mulai Kamis (14/9) melakukan pembatasan pertemuan warga dan menutup beberapa sekolah di negara bagian Kerala, di bagian selatan negara itu, setelah dua orang meninggal karena Nipah, infeksi yang disebabkan oleh virus dari kelelawar atau babi yang dapat menyebabkan demam mematikan.

Dikutip dari The Straits Times, Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) mengatakan infeksi virus Nipah memiliki tingkat kematian berkisar antara 40 persen hingga 75 persen, dan belum ada vaksin untuk melawan virus ini.

Gejalanya meliputi demam tinggi, muntah-muntah, dan infeksi saluran pernapasan, namun kasus yang parah dapat menyebabkan kejang dan ensefalitis, peradangan otak, dan mengakibatkan koma.

"Tiga orang lainnya di India dinyatakan positif mengidap virus tersebut. Dan lebih dari 700 orang, termasuk 153 petugas kesehatan, yang melakukan kontak dengan mereka yang terinfeksi sedang dalam pengawasan," kata pejabat kesehatan.

Setidaknya empat orang telah dirawat di rumah sakit, termasuk anak berusia sembilan tahun dari salah satu orang yang meninggal.

"Awalnya ditularkan dari hewan seperti kelelawar buah dan babi, Nipah juga menyebar dari orang ke orang," kata WHO.

Masa Inkubasi

Menurut WHO, masa inkubasi, waktu dari infeksi hingga timbulnya gejala, berkisar antara empat hingga 14 hari, namun dilaporkan mencapai 45 hari.

Pada tahun 2018, setidaknya 17 orang meninggal setelah tertular virus tersebut di Kerala. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada 1998 setelah menyebar di kalangan peternak babi di Malaysia. Di India, wabah Nipah pertama kali dilaporkan di negara bagian Benggala Barat pada 2001.

"Nipah sebagai salah satu penyakit prioritas yang menimbulkan risiko kesehatan masyarakat terbesar karena potensi epideminya dan tidak ada atau tidak ada tindakan penanggulangan yang memadai," kata WHO.

Baca Juga: