Lonjakan kasus infeksi Covid-19 yang terjadi di India terus meningkat dan mengakibatkan rumah sakit-rumah sakit kewalahan menerima pasien dan pasokan bantuan medis semakin berkurang.

NEW DELHI - India pada Senin (26/4) kembali mengalami rekor puncak lonjakan infeksi virus korona selama 5 hari berturut-turut sehingga membuat banyak rumah sakit kewalahan menampung pasien Covid-19.

Menanggapi terjadinya "tsunami" infeksi Covid-19 itu, sejumlah negara seperti Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat, berjanji untuk segera mengirimkan bantuan medis untuk membantu India dalam menghadapi krisis kesehatan paling parah itu.

Lonjakan kasus infeksi Covid-19 telah menambah jumlah negara bagian yang melakukan penguncian (lockdown) wilayah. Kali ini Negara Bagian Karnataka menyatakan akan memberlakukan lockdown terhitung mulai Selasa (27/4) ini, setelah sebelumnya Negara Bagian Maharashtra memutuskan untuk menerapkan lockdown hingga 1 Mei mendatang.

Lonjakan kasus infeksi Covid-19 di India terjadi setelah digelar pemilu lokal dan perayaan keagamaan yang diikuti banyak warga.

Hingga Senin kemarin tercatat angka kasus baru infeksi Covid-19 mencapai angka 352.991 kasus dalam kurun waktu 24 jam dan semua itu menyebabkan rumah sakit yang dipenuhi pasien kehabisan pasokan oksigen dan tempat tidur tiada yang kosong.

"Saat ini rumah sakit sudah amat kewalahan dan ini merupakan situasi krisis yang amat ekstrem," ucap seorang juru bicara di Rumah Sakit Sir Ganga Ram di New Delhi.

Sebelumnya Perdana Menteri India, Narendra Modi, menyerukan pada semua warga untuk mendapatkan vaksinasi dan selalu waspada terhadap penyebaran Covid-19. Sedangkan pihak rumah sakit dan dokter telah mengeluarkan pengumuman penting bahwa mereka sudah tak sanggup lagi menerima pasien.

Akibat kian parahnya wabah infeksi virus korona ini, telah dibangun tempat kremasi massal di New Delhi untuk para korban tewas yang jumlahnya kian bertambah. Siaran televisi NDTV bahkan sempat memperlihatkan gambar 3 petugas kesehatan di Negara Bagian Bihar yang terpaksa harus menyeret jasad ke tempat kremasi karena kurang tersedianya tandu.

"Jika Anda tak pernah pergi ke krematorium, bau kematian tak akan pernah meninggalkan Anda," cuit Vipin Narang, seorang profesor ilmu politik dari Massachusetts Institute of Technology di Amerika Serikat (AS). "Hati saya hancur karena semua teman saya dan banyak keluarga harus melalui cobaan amat berat ini," imbuh dia.

Bantuan Internasional

Menanggapi parahnya krisis kesehatan di India, Presiden AS, Joe Biden, pada Minggu (25/4) menyatakan bahwa AS akan mengirimkan bahan mentah bagi vaksin, peralatan medis dan alat pelindung diri (APD) ke India.

Jerman dan Inggris juga menyatakan bahwa mereka akan segera mengirim pasokan bantuan medis ke India.

Sementara itu seorang juru bicara dari Kremlin, Russia, menyatakan bahwa sebanyak 50 juta dosis vaksin Sputnik V akan dibuat di India pada setiap bulannya. "Saya belum mengetahui apakah ada permintaan bantuan dari otoritas India, namun kami tak menutup pintu bagi kontak darurat antara Russia dan India di hari-hari mendatang," ucap Dmitry Peskov.

Berdasarkan keterangan Kementerian Kesehatan, India yang memiliki populasi sebanyak 1,3 miliar jiwa ini, telah mencatatkan sebanyak 17,31 juta kasus infeksi Covid-19 dan sebanyak 195.123 kasus kematian akibat virus korona. Menurut para pakar kesehatan, jumlah kasus infeksi Covid-19 itu kemungkinan lebih besar dari yang telah dicatat Kementerian Kesehatan India. Asahi Shimbun/I-1

Baca Juga: