Berdasarkan Global Innovation Indek, kemampuan inovasi Indonesia mengalami peningkatan sangat signifikan dengan berada di peringkat 61 di tahun 2023.

JAKARTA - Indeks inovasi Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. Hal tersebut terlihat dari laporan Global Innovation Index yang menunjukkan peningkatan posisi Indonesia sejak tahun 2020.

Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nizam, mengatakan, peningkatan peringkat inovasi Indonesia sangat signifikan. Pada tahun 2020, Indonesia menduduki peringkat 89 dan tahun 2023 ini naik ke peringkat 61.

"Peringkat Indonesia itu dari tahun 2020 itu peringkat 88-89, naik ke-61 pada 2023. Naik dengan signifikan sekali," ujar Nizam, dalam Peluncuran Program Dana Padanan 2024, di Jakarta, Selasa (17/10).

Dia menerangkan, Global Innovation Index merupakan pemeringkat negara berdasarkan kemampuan inovasi yang dilihat dari beberapa macam parameter. Dia menyebut, kenaikan tertinggi terjadi pada indikator kerja sama antara kampus dengan dunia industri.

"Dari peringkat 35 tahun 2020 sekarang kita menjadi peringkat 5 dunia. Ini yang mengukur bukan saya, bukan dikti, bukan teman-teman kedaireka, tapi Global Innovation Index," tegasnya.

Dana Padanan

Nizam mengungkapkan, pihaknya terus mendorong kolaborasi perguruan tinggi dengan industri di bidang riset dan pengembangan melalui Dana Padanan atau Matching Fund Kedaireka. Melalui program tersebut, pemerintah akan memberikan dukungan dana sesuai dana investasi industri di perguruan tinggi.

"Kita buat skemanya sesederhana mungkin. Industri punya komitmen 1 miliar kita ganti 1 miliar. Pokoknya 1 banding 1. Jadi mohon teman-teman Dudi jangan basa-basi, ini untuk kepentingan dudi, bukan untuk kepentingan perguruan tinggi," jelasnya.

Dia menerangkan, untuk anggaran Dana Padanan tahun 2024 sebesar 750 miliar rupiah. Dia berharap proposal riset dan pengembangan antara kampus dan industri kualitasnya meningkat sehingga serapannya bisa optimal.

Nizam menambahkan, untuk tahun 2024, prosesnya dimajukan agar proses seleksi dan waktu riset lebih panjang. Selain itu, diharapkan proses pencairan dana juga bisa lebih cepat. "Tahun sebelumnya kita luncurkan di awal tahun, sehingga proposal yang masuk baru sekitar bulan Maret-April, review Mei. Waktunya pendek jadi 6 bulan," tandasnya.

Plt. Sekretaris Jenderal Diktiristek, Kemendikbudristek, Tjitjik Srie Tjahjandarie, mengatakan, dalam program Dana Padanan juga wajib melibatkan mahasiswa. Hal tersebut untuk menambah pengalaman belajar mahasiswa.

"Itu kita wajibkan untuk memberikan pengalaman belajar dan agar mahasiswa tahu bagaimana dunia kerja," ucapnya.

Baca Juga: