Penyakit difteri telah mewabah di beberapa wilayah di Tanah Air. Bahkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyatakan penyebaran difteri itu sebagai kejadian luar biasa (KLB). Ada dua orang meninggal dunia dan 25 kasus difteri yang menimpa warga Ibu Kota.

Untuk mengupas soal ini, Koran Jakarta mewawancarai Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek, di Jakarta Barat, Senin (11/12). Berikut petikannya.

Sebenarnya, tren penyebaran difteri ini seperti apa?

Saya kira betul, jadi kita artinya kita melakukan juga tentunya suatu surveillance atau kita teliti ya. Jadi memang betul angka cakupan antibodi dari masyarakat kita itu untuk difteri itu turun 60 persen kurang lebih, jadi ini turun. Jadi, dulu pernah kita bisa menguasai difteri pada tahun 1990.

Berarti, bisa dikatakan penyakit difteri ini muncul lagi?

Timbul lagi. KLB ini di tahun 2009, kita kuasai 2013 sudah tidak ada lagi. Tapi, sekarang kelihatan terjadi lagi. Kalau kita lihat ini, berarti anak-anak yang terkena adalah anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi dan ini dibenarkan dari pada waktu kita melakukan surveillance atau melakukan penelitian ini.

Maksudnya, difteri itu timbul karena anak-anak tidak melakukan imunisasi?

Jadi, memang ada yang tidak melakukan imunisasi atau imunisasinya tidak lengkap. Saya minta betul, mengimbau untuk orang tua agar memperhatikan hal tersebut.

Karena imunisasi ini diberikan pada usia 2, 3, 4 bulan, kemudian diulang lagi 18 bulan, diulang lagi pada BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) kelas 1, kelas 2, dan kelas 5. Karena difteri ini antibodinya memang turun, dan selalu kita naikkan kembali. Jadi, karena itu selalu harus dilakukan booster dalam hal ini.

Berapa target nasional imunisasi atau ORI (Outbreak Respons Imunisation) ini?

Untuk ORI ini, sementara bertahap ya. Jadi, DKI Jakarta dulu, seperti yang Bapak Gubernur katakan, daerahnya barat dan utara yang lebih banyak terjadi. Tapi, akan diperluas pada daerah seluruh wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.

Dan kemudina tentu kita tahu di daerah Sumatera Selatan, mereka juga semua masing-masing kepala daerah sudah melakukan upaya untuk ORI.

Sebagai contoh, Sabtu, memanggil komdi anak imunisasi. Memang yang paling banyak menyebabkan itu di Jawa Timur. Daerah tapal kuda itu. Tapi, mereka sudah melakukan ORI ini, seperti Kota Malang sudah melakukan. Kita semua masingmasing bekerja. Di samping kami dari pusat juga bantu ke daerah.

Berapa total biaya yang dialokasikan untuk imunisasi ini?

Biaya ini dari uang program. Memang kami punya program untuk membeli vaksin dan diberikan pada masyarakat. Ini gratis seperti Pak Gubernur katakan.

Imunisasi dasar gratis. Kalau mereka pergi ke puskesmas dan RS, yang memberikan vaksin yang berasal dari Kemenkes. Tapi, saya tidak hafal anggaran untuk imunisasi, tapi cukup besar, karena ini kan program, imunisasi dasar termasuk ORI ini.

Bagaimana kesiapan pemerintah ke depannya?

Kalau kesiapan. Kesiapan ini kebetulan kami memakai sistem dari rubella. Kita lakukan dan laksanakan seperti yang Anda lihat sekarang. peri irawan/AR-3

Baca Juga: