Petambak lokal menanggung kerugian besar akibat pembukaan kran impor garam dari Australia karena harganya tak kompetitif. Sebaliknya, importir ditengarai mengeruk keuntungan berganda.

JAKARTA - Pembukaan kran impor garam saat ini menyebabkan petambak lokal kian terpukul. Sebaliknya, kebijakan tersebut hanya menguntungkan importir dan segelintir pihak terkait dengan aktivitas impor itu.

Akibat pembukaan impor, harga garam produksi petambak lokal tak mampu bersaing dengan produk impor yang lebih murah. Karena itu, pemerintah diminta segera membatalkan impor garam sebesar 75 ribu ton dari Australia.

Hasil temuan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) di lapangan menunjukkan garam impor sangat jelas peruntukannya guna memenuhi kebutuhan konsumsi. Tak hanya itu, importasi garam hanya menguntungkan importir dan beberapa pihak lain, sementara nasib petambah lokal kian tak jelas seiring penurunan pendapatan mereka akibat harga anjlok.

"Kondisi ini menunjukkan berarti Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tidak memahami prinsip Nawacita yang membangun dari pinggiran, termasuk petambak garam sebagai masyarakat marjinal," tegas Ketua Pengembangan Hukum dan Pembelaan Nelayan KNTI, Martin Hadiwinata, di Jakarta, Senin (14/8).

Menyikapi itu, KNTI, terang Martin, meminta Presiden Jokowi untuk membatalkan impor dari sisa garam impor yang belum dimasukkan ke Indonesia. Bila tetap dilanjutkan, lanjutnya, harga garam lokal kian jatuh karena pasar sudah dibanjiri barang impor.

Apabila tetap didatangkan, lanjut Martin, sentra produksi garam yang dalam beberapa hari ke depan akan panen, akan kesulitan memasarkan hasil produksinya. Sebab, pasar sudah dipenuhi garam impor.

"Pemerintah harus pertimbangkan kesejahteraan petambak lokal bukan petambak negara lain," paparnya.

Seperti diketahui, pemerintah menugaskan BUMN, PT Garam, mengimpor garam bahan baku konsumsi sebanyak 75 ribu ton. Garam impor asal Australia itu sudah masuk ke Indonesia melalui pelabuhan Ciwandan, Banten, dan Tanjung Perak, Surabaya.

Adapun jumlahnya mencapai 52.500 ton meningkat dari impor tahap pertama pada 10 Agustus lalu yang masih berjumlah 25.000 ton. Sekretaris PT Garam, Hartono, menyebutkan sisanya akan masuk ke Indonesia pada 21 Agustus mendatang dengan jumlah 22.500 ton. "Garam itu akan masuk melalui pelabuhan Belawan, Medan," ungkapnya.

Harga Anjlok

Masuknya garam impor langsung berdampak pada harga produk lokal. Di Indramayu, Jawa Barat, misalnya, sebelum garam impor masuk, harga garam lokal masih 3.000-4.000 rupiah per kilo gram (kg). Namun, setelah impor dibuka, harga garam lokal anjlok hingga 1.700 rupiah per kg.

Di lokasi lainnya, harga garam lokal bahkan turun hingga hanya sampai 1.000-1.500 rupiah per kg. Penurunan serupa juga terjadi di Jawa Timur. Di Sidoarjo, misalnya, harga garam ikut jatuh. Kondisi tersebut membuat petani kesulitan mengembalikan biaya produksinya.ers/E-10

Baca Juga: