Atlet cabang olahraga angkat besi asal Filipina, Hidilyn Diaz, mendengus setiap kali ia berlatih mengangkat barbel ke atas kepalanya di sebuah sasana luar ruangan darurat yang dibatasi oleh pohon pisang dan rambutan di sebuah tepi jalan di Malaysia.
Raungan suara truk yang melintas dekat sasana daruratnya, tak ia hiraukan apalagi ia amat berambisi untuk mencoba meraih medali emas dalam ajang Olimpiade di Tokyo beberapa pekan lagi.
Pada Olimpiade Rio pada 2016 lalu, Diaz, 30 tahun, berhasil membawa pulang medali perak, dan ajang Olimpiade Tokyo mungkin jadi ajang lomba internasional terakhir yang ia bisa ikuti.
Kini Diaz semakin bertekad untuk mewujudkan impiannya untuk menjadi atlet Filipina pertama yang berhasil meraih medali emas, walau sejak Februari tahun lalu hingga saat ini, ia terdampar di Malaysia karena terjadinya pandemi virus korona.
"Saya siap (mengikuti Olimpiade Tokyo). Tak bisa saya ungkapkan berapa persen kesiapan saya, namun pikiran, jiwa dan raga saya sudah di sana," kata Diaz saat rehat usai beberapa jam berlatih di tengah cuaca terik di sebuah lokasi di Kota Jasin, Negara Bagian Melaka, Malaysia, pekan lalu (21/5). Di ajang Olimpiade Tokyo nanti, Diaz akan berkompetisi dalam kategori lomba kelas 55 kilogram putri.
Diaz adalah olahragawan kenamaan asal Filipina yang bisa disejajarkan dengan ikon petinju Manny Pacquiao, karena ia merupakan satu-satunya atlet perempuan yang berhasil memboyong medali Olimpiade setelah selama 20 tahun tak ada satupun atlet Filipina yang bisa mencapai prestasi itu.
Namanya makin harum setelah dalam ajang Asian Games 2018 di Indonesia dan South East Asian Games 2019 di Filipina setelah ia berhasil meraih medali emas.
Usai mengikuti dua ajang itu, Diaz merasa yakin peluangnya untuk kembali meraih medali di ajang Olimpiade sudah ada di depan mata. Namun datangnya pandemi virus korona sempat membuatnya frustasi dan mengabur impian karena ajang Olimpiade Tokyo harus ditunda setahun lamanya.
"Hal itu (penundaan Olimpiade) kian menyulitkan untuk meraih target, apalagi pada saat bersamaan saya memiliki rencana lain usai Olimpiade," kata Diaz yang saat ini masih berdinas di Angkatan Udara Filipina.
Butuh Pengorbanan
Meraih emas Olimpiade itu amat penting bagi Diaz yang adalah anak perempuan dari seorang tukang becak dari desa miskin dekat kota pelabuhan Zamboanga di selatan Pulau Mindanao. Sejak Desember 2019, Diaz bahkan belum bersua sekalipun dengan sanak keluarganya.
"Saya telah mengorbankan waktu dengan tak berjumpa dengan keluarga, teman, mengorbankan waktu belajar dan tugas saya di Angkatan Udara Filipina," ucap dia.
Awalnya Diaz akan pergi untuk berlatih di Malaysia pada Februari 2020 karena pelatihnya, Gao Kaiwen, beranggapan akan lebih baik untuk Diaz berlatih di luar negeri agar ia lebih fokus untuk meraih tiket Olimpiade di Tokyo.
Diaz lalu memutuskan untuk mempercepat kepergiannya setelah beberapa pekan kemudian diumumkan pembatasan Covid-19 yang mungkin membuatnya tak bisa berlatih karena sasana latihan angkat besi ditutup dan adanya ketidakpastian apakah ajang Olimpiade akan benar-benar bisa dilaksanakan.
"Awalnya ada kecemasan, ketakutan dan kekhawatiran karena kita berada di Malaysia. Kita tak tahu tinggal atau berlatih di mana," ungkap Diaz.
Selama beberapa bulan, Diaz dan pelatihnya tinggal di sebuah apartemen di Kuala Lumpur, dan mereka harus berhati-hati agar tak memecahkan lantai keramik saat berlatih angkat besi di apartemen itu.
Untungnya pada Oktober lalu, Diaz dan pelatihnya bisa pindah ke Jasin untuk tinggal di sebuah rumah yang dimiliki seorang pejabat cabang olahraga angkat besi Malaysia. Karena ada aturan pembatasan Covid-19, Diaz berlatih di halaman depan rumah itu yang menghadap ke jalan raya.
"Jika saja saya tak mendapat bantuan dan tim saya tak kompak, saya mungkin tak akan bertahan dan sudah pulang ke Filipina," ucap Diaz.
Berlatih dekat jalan raya yang ramai tentunya amat menarik perhatian khalayak terutama anak-anak setempat yang penasaran ingin belajar angkat besi. "Saya amat senang jika ada anak-anak turut berlatih. Anak-anak itu pun pun selalu ingin tahu awal mula saya tertarik untuk jadi atlet angkat besi," kata Diaz yang mengaku sejak kanak-kanak harus mendorong gerobak berisi tong air sebanyak 5 galon untuk keperluan keluarganya.
"Mereka (anak-anak) itu meledek saya karena sulit untuk tersenyum (saat berlatih), namun itu karena saya amat fokus dan harus tetap berlatih," pungkas Diaz. AFP/I-1