Organisasi Maritim Internasional (IMO) pada Jumat (7/7) berhasil mencapai kesepakatan untuk target dalam mengurangi emisi karbon. Kesepakatan itu tercapai setelah IMO pertemuan lima hari di kantor pusat di London.

LONDON - Organisasi Maritim Internasional (International Maritime Organization/IMO) yang berperan sebagai pengawas industri perkapalan yang sangat berpolusi, pada Jumat (7/7) berhasil mencapai kesepakatan penting untuk meningkatkan targetnya dalam mengurangi emisi karbon.

Dibandingkan dengan tingkat pada 2008, regulator pelayaran global Perserikatan Bangsa-Bangsa itu setuju untuk memotong total emisi tahunan gas rumah kaca setidaknya 20 hingga 30 persen pada 2030, dan setidaknya 70 hingga 80 persen pada 2040, sesuai dengan kesepakatan. Target sebelumnya yaitu pengurangan 50 persen emisi karbon pada pertengahan abad dari 2008.

"Kesepakatan ini amat bersejarah. Dengan tetap berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari pelayaran internasional sebagai masalah mendesak, tujuannya tak lain untuk menghentikannya sesegera mungkin," demikian pernyataan IMO.

IMO pun mengatakan bahwa intensitas karbon kapal diperkirakan akan menurun seiring waktu dengan peningkatan lebih lanjut efisiensi energi kapal baru. Sektor pelayaran mengeluarkan emisi gas rumah kaca yang kira-kira sama dengan sektor penerbangan, yang menargetkan nol bersih pada 2050.

Tanggapan LSM

Kesepakatan itu dicapai pada akhir pertemuan lima hari di kantor pusat IMO di London, yang dihadiri oleh perwakilan dari 100 negara. Pertemuan Komisi Perlindungan Lingkungan Laut mengadu negara-negara yang rentan terhadap iklim terutama pulau-pulau di Pasifik dan negara-negara kaya melawan eksportir besar seperti Tiongkok.

Sebagian besar dari 100.000 kapal kargo dunia yang membawa 90 persen barang dunia, ditenagai oleh solar yang sangat berpolusi. Pelayaran kapal kargo ini, menurut PBB, bertanggung jawab atas sekitar tiga persen emisi gas rumah kaca global.

Menurut organisasi non-pemerintah yang fokus pada isu iklim, mengecam perjanjian tersebut dengan alasan itu tidak cukup di bawah kerangka kesepakatan iklim Paris yang penting. Sebaliknya LSM menginginkan sektor pelayaran maritim menerapkan pengurangan 50 persen pada 2030 dan memberikan netralitas karbon pada tahun 2040.

"Tidak ada alasan untuk keinginan dan kesepakatan ini," kata John Maggs, presiden Clean Shipping Coalition. "Mereka tahu apa yang dibutuhkan sains, dan bahwa pengurangan emisi 50 persen pada tahun 2030 adalah mungkin dan terjangkau. Sebaliknya tingkat ambisi yang disepakati jauh dari apa yang dibutuhkan untuk memastikan menjaga pemanasan global di bawah 1,5 Celsius, dan penyampaiannya tampaknya dibuat-buat hingga menjadi samar," imbuh dia.

Di bawah perjanjian Paris 2015, negara-negara telah berjanji untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada pertengahan abad ini dengan tujuan membatasi peningkatan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.

Sementara itu Argentina, Brasil, dan Tiongkok khususnya, telah menolak keras target IMO ini dengan alasan bahwa target tersebut paling merugikan negara-negara berkembang yang miskin. AFP/I-1

Baca Juga: