SANTIAGO - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas prediksi pertumbuhaan ekonomi global untuk tahun ini dan tahun 2020. Lembaga pemberi pinjaman multilateral ini memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 3,2 persen lebih rendah dari prediksi April lalu sebesar 3,3 persen.

Sedangkan tahun depan diprediksi pertumbuhan ekonomi meningkat 3,5 persen, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu sebesar 3,6 persen. Pernyataan itu dirilis di Santiago pada Selasa (23/7).

Kepala ekonom IMF, Gita Gopinath, menyatakan pertumbuhan ekonomi dunia di 2020 sulit untuk tumbuh tinggi. Perang dagang yang terjadi antara AS dan Tiongkok membuat sektor perdagangan dunia terhambat pertumbuhannya. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebagai salah satu sentral ekonomi dunia, juga mulai terganggu perang dagang.

Dalam proyeksi terakhir IMF ini, AS sebagai pusat dari tensi perang dagang, malah diprediksi akan naik pertumbuhan ekonominya. IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS sebanyak 0,3 persen di tahun ini menjadi 2,6 persen. Namun tahun depan, pertumbuhan ekonomi AS akan melambat menjadi 1,9 persen.

Sementara Tiongkok diturunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya oleh IMF sebesar 0,1 persen menjadi 6,2 persen pada tahun ini. IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 0,1 persen menjadi 6 persen pada 2020.

"Negara-negara emerging markets dan negara-negara berkembang diperkirakan akan melihat pertumbuhan 4,1 persen pada 2019 dan 4,7 persen pada 2020, masing-masing mencatat penurunan 0,3 persen dan 0,1 persen dibandingkan dengan proyeksi April," kata Gita Gopinath kepada wartawan, di Santiago, Selasa (23/7) waktu setempat.

IMF menyerukan penguatan kebijakan fiskal untuk menstabilkan dan memacu pemulihan ekonomi melalui reformasi struktural yang menjamin pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka menengah. Badan ini juga mendesak multilateralisme yang lebih besar untuk memperkuat fondasi bagi pertumbuhan global.

"Pemerintah seharusnya tidak menggunakan tarif sebagai cara untuk menyeimbangkan pertukaran perdagangan bilateral mereka,"kata Gita. AFP/P-4

Baca Juga: