JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan artificial intelligence atau kecerdasan buatan (AI) akan berdampak pada 40 persen pekerjaan di seluruh dunia pada tahun-tahun mendatang.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, dalam acara di Center for Global Development di Washington DC, Selasa (2/4), mengatakan di negara-negara maju, jumlah pekerjaan yang terkena dampak AI akan mencapai 60 persen, sementara di negara-negara berpendapatan rendah hanya 26 persen.

Seperti dikutip Antara dari Sputnik, Georgieva menjelaskan bahwa perbedaan dampak tersebut disebabkan negara-negara berpendapatan rendah mempunyai lapangan kerja lebih sedikit. "Risiko meningkatnya kesenjangan antarnegara dan lintas negara sangatlah nyata," kata Georgieva.

Dia menekankan bahwa dampak AI terhadap pasar tenaga kerja akan sangat besar. Hal itu akan memungkinkan beberapa pekerjaan meningkat, tapi banyak juga lapangan kerja yang akan hilang.

Menanggapi pernyataan IMF itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, YB Suhartoko, mengatakan AI sudah pasti akan menggantikan beberapa pekerjaan, terutama pekerjaan yang bersifat teknis, tersistem, dan terprogram, walaupun membutuhkan algoritma yang sangat detail.

Bagi negara maju dengan ketersediaan pekerjaan berkarakteristik demikian, tidak mengherankan jika banyak pekerjaan akan digantikan oleh AI. "Sedangkan bagi negara sedang berkembang, masih banyak pekerjaan yang mengandalkan tenaga kerja manusia, baik secara fisik maupun kelihaian sumber daya manusia dalam menggunakan ketrampilan berpikir yang tidak mungkin tergantikan oleh AI," kata Suhartoko.

Sebab itu, negara-negara dengan kemajuan AI dan ketersediaan lapangan kerja harus segera mengantisipasi dan memilah jenis pekerjaan mana yang akan secara cepat tergantikan AI dan tidak tergantikan. "Kurikulum pendidikan, sistem kerja di dunia usaha harus fleksibel dalam mengantisipasinya," kata Suhartoko.

Pengurangan Karyawan

Wakil Rektor Tiga, Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam, mengatakan sangat wajar jika muncul kekhawatiran akan dampak AI terhadap pekerjaan manusia.

"Memang adopsi AI yang bisa cepat dan efesien dapat menggantikan pekerja manusia dalam beberapa pekerjaan. Ini berpotensi mengakibatkan pengurangan karyawan. Tapi jika sampai terjadi kebergantungan yang berlebihan pada AI, juga dapat menjadi risiko. Karena tetap ada potensi kegagalan sistem atau kerentanan keamanan, ini dapat mengganggu operasional bisnis dan berpotensi menimbulkan kerugian yang tidak kecil," katanya.

AI hanyalah sebuah fasilitas atau alat yang tetap harus dikendalikan oleh orang. Pengaruhnya pada pekerjaan manusia bergantung pada bagaimana teknologi ini diterapkan dan dikelola. Seyogianya ada kebijakan untuk memastikan adopsi AI yang bertanggung jawab dan melibatkan pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi pekerja agar dapat beradaptasi dengan perubahan.

Baca Juga: