Harga pangan melonjak di seluruh dunia setelah perang Ukraina karena rute pasokan yang diblokir.

WASHINGTON - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva mengatakan anggota dewan eksekutif menyambut positif food shock window (pembiayaan darurat pangan) yang diusulkan ketika bertemu secara informal pada Senin (12/9). Diharapkan mereka menyetujuinya untuk memungkinkan pencairan dana dengan cepat.

Rencana tersebut, pertama kali dilaporkan oleh Reuters pada Senin (12/9), akan memungkinkan IMF untuk memberikan tambahan, pembiayaan darurat tanpa syarat kepada negara-negara yang dilanda krisis pangan akibat perang Russia melawan Ukraina dan inflasi global setelah pandemi Covid-19.

"Ada perasaan bahwa itu adalah kebutuhan dan kami memiliki urgensi untuk bertindak. Yang kami usulkan adalah meningkatkan akses pembiayaan darurat selama satu tahun ke negara-negara yang paling rentan," kata Georgieva dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Center for Global Development.

Seperti dikutip dari Antara, dia mengatakan perubahan itu akan menguntungkan negara-negara pengimpor makanan berpenghasilan rendah yang telah melihat biaya mereka meroket, atau negara lain seperti Ukraina yang ekspornya terhambat oleh perang.

Georgieva mengatakan program itu akan tersedia bagi negara-negara yang belum memiliki program IMF yang lebih besar, dan memperkirakan sekitar 50 negara akan memenuhi syarat, di mana 20 hingga 30 negara diperkirakan memiliki kebutuhan terbesar.

Juru bicara IMF, Gerry Rice mengatakan pihaknya telah meminjamkan lebih dari 268 miliar dollar AS ke 93 negara sejak awal pandemi dan sedang mempertimbangkan "semua opsi untuk meningkatkan perangkat kami, termasuk untuk membantu negara-negara yang terkena dampak krisis pangan."

Dukungan Keuangan

Rice mengatakan IMF tersebut telah memberikan 27 miliar dollar AS pinjaman kepada 57 negara berpenghasilan rendah, dan terus mendorong negara-negara anggotanya untuk "datang kepada kami lebih awal guna mendapatkan dukungan keuangan yang diperlukan."

Proposal yang dibahas pada Senin (12/9) untuk sementara akan meningkatkan batas akses yang ada dan memungkinkan semua negara anggota untuk meminjam hingga 50 persen tambahan dari kuota IMF mereka di bawah Instrumen Pembiayaan Cepat IMF, dengan negara-negara berpenghasilan rendah dapat memanfaatkan Fasilitas Kredit Cepat, sumber yang akrab dengan rencana itu mengatakan.

Georgieva mengatakan dia berharap itu akan disetujui pada waktunya untuk pertemuan tahunan IMF pada Oktober.

Harga pangan - sudah dilanda inflasi - melonjak di seluruh dunia setelah dimulainya perang Ukraina karena rute pasokan yang diblokir, sanksi dan pembatasan perdagangan lainnya, meskipun kesepakatan yang ditengahi PBB yang memungkinkan dilanjutkan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina telah mulai memudahkan arus perdagangan dan harga yang lebih rendah dalam beberapa minggu terakhir.

IMF pada Selasa mengonfirmasi mereka bergerak menuju perluasan pembiayaan darurat untuk negara-negara yang dilanda lonjakan harga pangan dan kekurangan pangan yang dipicu oleh perang di Ukraina, dengan sekitar 20 hingga 30 negara terlihat paling membutuhkan.

Sebelumnya, Georgieva mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan cepat dan terkoordinasi dengan baik untuk mengatasi krisis pangan karena perang Russia-Ukraina telah menyebabkan kekurangan pangan dan harga yang meningkat tajam.

Perang, tambah Georgieva, telah menciptakan "krisis di atas krisis" di seluruh dunia dengan negara-negara menghadapi kekurangan pangan dan harga pangan, energi serta pupuk yang meningkat tajam. "Tekanan-tekanan ini terjadi pada saat keuangan publik negara-negara sudah meregang dari pandemi dan beban utang tinggi," kata Georgieva.

"Dengan inflasi mencapai tingkat tertinggi yang terlihat dalam beberapa dekade, rumah tangga rentan di negara berpenghasilan rendah dan menengah paling berisiko mengalami kerawanan pangan akut," katanya.

Baca Juga: