Ukraina melaporkan bahwa terdapat 1.207 warga sipil di Mariupol yang tewas selama sembilan hari Rusia menyerang kota tersebut hingga Rabu (9/3).

"[Serangan Rusia] menyebabkan 1.207 warga Mariupol yang damai kini tewas," tulis pernyataan resmi dari pihak berwenang kota itu, yang dikutip dari AFP.

Dalam konfirmasi perihal jumlah itu, layanan pers kepresidenan Ukraina mengatakan, "Kami tidak memiliki jumlah pasti, tapi dari perkiraan awal, itu benar."

Temuan tersebut terpaut jauh dari data yang diumumkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Berdasarkan data PBB, 516 warga sipil tewas akibat serangan Rusia di Ukraina secara keseluruhan.

Meski keterangan data layanan darurat Ukraina, lebih dari 2.000 orang tewas akibat gempuran Rusia, terhitung hingga pekan lalu.

Selain itu, pihak berwenang Mariupol juga mengatakan, kotanya telah melewati "sembilan hari penembakan terus-menerus terhadap warga sipil."

Untuk itu, setengah juta orang di kota tersebut juga harus hidup "tanpa lampu, air, dan komunikasi."

"Hati saya penuh dengan kemarahan," ujar Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko.

"Hari ini, Rusia yang dipimpin oleh Presiden (Vladimir) Putin, melakukan serangan udara di kota damai, menembak rumah sakit anak-anak. Mereka ingin mengambil nyawa anak-anak kami, perempuan kami, dokter kami."

Boichenko kembali menyebutkan pesan Presiden Volodymyr Zelensky agar mitra internasional Ukraina memberikan bantuan dan menerapkan zona larangan terbang di negaranya.

Perlu diketahui, Rusia memang terus menggempur berbagai sudut Kota Mariupol. Kemudian, Rusia menyerang rumah sakit anak-anak di Mariupol pada Rabu (9/3), menyebabkan 17 staf terluka.

Demikian, beberapa upaya evakuasi di Mariupol gagal. Ombudsman Ukraina, Lyudmyla Denisova, lantas menyatakan kota tersebut terancam mengalami krisis kemanusiaan.

Baca Juga: