JENEWA - Organisasi Buruh Internasional atau International Labour Organization (ILO), pada Rabu (2/6), menyatakan sekitar 220 juta orang diperkirakan akan tetap menganggur di dunia pada tahun ini atau jauh lebih tinggi dibanding sebelum pandemi Covid-19 merebak.

Perkiraan angka pengangguran skala global yang masih tinggi itu karena pemulihan pasar tenaga kerja yang lemah sehingga memperburuk ketimpangan yang telah ada.

Badan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) itu memperkirakan angka pengangguran pada tahun depan masih berada di kisaran 205 juta orang atau masih tetap lebih tinggi dibanding posisi angka pengangguran global pada 2019 lalu yang tercatat sebanyak 187 juta orang. Dengan demikian, tambahan pengangguran sejak 2020 hingga akhir tahun ini karena krisis akibat merebaknya kasus korona sebanyak 33 juta orang pengangguran.

Menurut model ILO, angka tersebut setara dengan tingkat pengangguran global sebesar 6,3 persen tahun ini, yang diperkirakan turun menjadi 5,7 persen tahun depan, namun masih naik pada tingkat prapandemi sebesar 5,4 persen pada tahun 2019.

"Pertumbuhan lapangan kerja tidak akan cukup untuk menutupi kerugian yang diderita hingga setidaknya 2023," kata ILO dalam sebuah laporan World Employment and Social Outlook: Trends 2021.

Ekonom ILO, Stefan Kuehn, yang juga merupakan penulis utama laporan tersebut, mengatakan pada Reuters bahwa dampak yang sebenarnya terhadap pasar tenaga kerja bahkan lebih besar saat pengurangan waktu kerja yang diberlakukan terhadap banyak pekerja, serta sejumlah faktor lainnya, turut dihitung.

Secara keseluruhan, diperkirakan hilangnya jam kerja pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019 setara dengan 144 juta pekerjaan penuh waktu pada tahun 2020, suatu kekurangan yang masih mencapai 127 juta pada kuartal kedua tahun ini.

"Pengangguran tidak menggambarkan dampak yang terjadi terhadap pasar tenaga kerja," kata Kuehn, yang juga menyebut bahwa meski perekrutan di Amerika Serikat telah kembali dilakukan usai hilangnya pekerjaan secara besar-besaran, banyak pekerja di area lain, terutama di Eropa, yang masih bekerja di bawah skema jam kerja yang dikurangi.

Sangat Miskin

Menurut laporan ILO, kaum perempuan, anak muda, dan dua juta orang yang bekerja di sektor informal telah merasakan dampak yang paling berat, dengan 108 juta lebih banyak pekerja kini masuk dalam kategori miskin atau sangat miskin dibandingkan 2019.

"Lima tahun kemajuan menuju pemberantasan kemiskinan telah batal," menurut laporan itu.

Sebelumnya dalam riset ILO menunjukkan nilai ekspor produk garmen dari negara-negara produsen di Asia turun hingga 70 persen pada paruh pertama 2020 akibat pandemi Covid-19. Penurunan yang tajam itu karena permintaan konsumen turun, langkah penutupan wilayah atau lockdown, serta gangguan impor bahan mentah.

Chihoko Asada Miyakawa, Direktur Regional ILO untuk Asia-Pasifik, dalam keterangannya mengatakan kondisi tersebut sangat vital bagi pemerintah, buruh, karyawan, dan pemangku kepentingan lain dalam industri itu untuk bekerja sama guna menavigasi kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini serta membantu menciptakan masa depan yang lebih berpusat pada manusia untuk industri tersebut. n bud/E-9

Baca Juga: