SINGAPURA - Kolesterol memiliki reputasi buruk, namun zat lemak dan lilin ini dibutuhkan untuk membangun sel, memproduksi hormon, dan meningkatkan kesehatan otak. Faktanya, otak adalah organ tubuh yang paling kaya kolesterol, mengandung 20 persen zat tersebut.

Namun, sedikit yang dipahami tentang bagaimana sel-sel seperti neuron mengandung jumlah kebutuhan kolesterol yang tepat. Distribusi kolesterol yang tidak normal di sel-sel saraf telah dikaitkan dengan penyakit Alzheimer dan bentuk demensia lainnya.

Dikutip dari The Straits Times, selama tiga tahun mengamati sel melalui mikroskop, empat ilmuwan dari Fakultas Kedokteran Lee Kong Chian di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, telah menemukan tiga protein utama dan mekanismenya yang mengontrol jumlah kolesterol dan pergerakannya di dalam sel.

Mereka menduga protein-protein ini mungkin tidak berkomunikasi sebagaimana mestinya bagi orang-orang yang menderita penyakit jantung atau demensia. Beberapa protein mungkin hilang atau berlebih, misalnya.

"Penelitian ini memiliki implikasi dalam memahami perkembangan gangguan neuro-degeneratif dan penyakit kardiovaskular, yang sangat terkait dengan distribusi kolesterol yang tidak normal," kata pemimpin studi tersebut, Yasunori Saheki.

Diteliti Lebih Lanjut

Dia berharap protein tersebut dapat diteliti lebih lanjut dan digunakan dalam terapi masa depan terhadap penyakit-penyakit tersebut.

"Misalnya, jika para ilmuwan dapat mendeteksi protein yang rusak sebelum mempengaruhi kolesterol dalam neuron, mereka dapat mencari solusi yang ditargetkan untuk memulihkan fungsi protein tersebut," ujarnya.

Saheki, yang berspesialisasi dalam biologi sel dan ilmu saraf, mencatat saat ini belum ada obat untuk Alzheimer atau biomarker yang baik untuk memprediksi penyakit itu.

Pola makan tinggi kolesterol meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Di antara orang-orang dengan kolesterol tinggi, sebagian kecil dari mereka tidak dapat bereaksi dengan baik terhadap obat penurun kolesterol karena mereka kekurangan reseptor yang memungkinkan sel untuk menyerap zat tersebut.

Para peneliti menggunakan probe atau sensor kolesterol berbasis protein untuk memvisualisasikan distribusi kolesterol dalam sel. Dengan melakukan hal ini, mereka mengidentifikasi tiga protein, yang disebut ORP9, OSBP dan GRAMD1, dan mengamati bahwa protein-protein ini mengontrol distribusi kolesterol dalam sel.

Baca Juga: