TOKYO - Para ilmuwan di Jepang telah meluncurkan vaksin baru yang mereka klaim dapat menghilangkan apa yang disebut "sel zombie", penyebab penuaan dan berbagai penyakit.

Tim peneliti di balik vaksin, yang dipimpin oleh profesor Toru Minamino dari Universitas Juntendo, menerbitkan hasil penelitian mereka pada Jumat (31/1) di jurnal Nature Aging.

The Japan Times melaporkan, hasil penelitian tim menunjukkan tikus yang diberi vaksin mengalami penurunan tingkat sel tua, alias "sel zombie", yang terakumulasi seiring bertambahnya usia dan terkait dengan kondisi seperti radang sendi dan pengerasan pembuluh darah.

"Kami dapat berharap bahwa (vaksin) akan diterapkan pada pengobatan pengerasan arteri, diabetes, dan penyakit terkait penuaan lainnya," tulis Minamino.

Sel tua didefinisikan sebagai sel yang, seiring waktu, berhenti membelah tetapi tidak mati. Sel-sel ini mulai melepaskan bahan kimia berbahaya, merusak sel normal dan menyebabkan peradangan. Vaksin dilaporkan menciptakan antibodi yang menempel pada sel-sel tua, memungkinkan mereka untuk dihilangkan oleh sel darah putih.

Tikus yang diberi vaksin ditemukan mengembangkan tanda-tanda kelemahan yang terkait dengan usia tua pada tingkat yang lebih lambat dibandingkan dengan tikus yang tidak divaksinasi. Tim mengklaim bahwa vaksin barunya memiliki efek samping negatif yang lebih sedikit daripada perawatan sel anti-penuaan yang saat ini ada di pasaran, sementara juga bertahan lebih lama.

Perawatan dan solusi anti-penuaan tetap menjadi pencarian utama bagi para ilmuwan dan sering kali menarik investor besar yang ingin memperlambat proses penuaan dan memerangi penyakit yang terkait dengannya.

"Anda tidak tahu berapa banyak orang yang tertarik menginvestasikan uang untuk umur panjang. Ada miliaran dollar," kata Direktur Institute for Aging Research di Albert Einstein College of Medicine,Nir Barzilai.

Dari 2011 hingga 2014, penelitian yang diterbitkan oleh perusahaan Alkahest menemukan bahwa darah yang diambil dari tikus yang lebih muda memiliki efek menguntungkan yang cukup besar pada kesehatan otak ketika diberikan kepada tikus yang lebih tua. Sejak itu, para penelitinya telah mengidentifikasi sekitar 8.000 protein dalam darah yang dapat digunakan dalam terapi anti-penuaan.

Sebelumnya pada 2021, perusahaan diakuisisi oleh Grifols dalam kesepakatan senilai 146 juta dollar AS. Sejauh ini, Alkahest dan Grifols telah berhasil mendapatkan enam perawatan untuk uji coba fase 2, yang menargetkan sejumlah penyakit dan kondisi terkait usia, termasuk Alzheimer dan Parkinson.

Beberapa ilmuwan telah berhipotesis bahwa penyakit yang berkaitan dengan usia adalah konsekuensi alami dari kemajuan ilmu pengetahuan dan kedokteran yang memungkinkan manusia untuk memperpanjang rentang hidup mereka selama abad ini.

"Jika Anda menempatkan pekerjaan ini dalam perspektif evolusi, kita tidak seharusnya hidup selama itu," kata Ketua Departemen Genetika dan Pengembangan di Columbia University Medical Center, Gerard Karsenty.

"Penuaan adalah penemuan umat manusia. Tidak ada spesies hewan yang berhasil menipu tubuhnya sendiri, menipu alam, kecuali manusia. Gajah bisa hidup selama 100 tahun tetapi mereka hidup selama 100 tahun sejuta tahun yang lalu. Manusia telah mengakali tubuhnya sendiri," pungkasnya.

Baca Juga: