YOGYAKARTA - Industri Kecil dan Menengah (IKM) batik terus didorong menerapkan praktik operasional ramah lingkungan. Selama ini industri batik merupakan subsektor yang tergolong sulit menerapkan praktik hijau. Bahkan, hingga kini baru satu IKM batik mendapat Sertifikat Industri Hijau.
Kepala Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Tirta Wisnu Permana mengatakan potensi industri batik nasional juga terlihat dari jumlahnya lebih dari 47 ribu unit usaha yang tersebar di 101 sentra berbagai wilayah Indonesia. "Sektor ini juga tergolong padat karya, karena telah menyerap tenaga kerja hingga 200 ribu orang. Jadi, industri batik merupakan sektor padat karya berorientasi ekspor," ungkapTirta Wisnu dalam kunjungan Media di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (22/6).
Guna meningkatkan daya saing industri batik Indonesia, Kemenperin terus mendorong proses pembuatan batik yang ramah lingkungan. Tujuannya untuk menciptakan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, dan hemat air, sehingga limbah yang dihasilkan lebih sedikit. "Hal ini sesuai dengan implementasi prinsip industri hijau yang dapat mendukung konsep ekonomi secara berkelanjutan," imbuhnya.
BBSPJIKB Yogyakarta sebagai salah satu instansi pemerintah yang memiliki Lembaga Sertifikasi Industri Hijau. Dalam menyelenggarakan kegiatan Sertifikasi Industri Hijau dan menerbitkan Sertifikat Industri Hijau, LSIH BBSPJIKB mengacu pada Standar Industri Hijau (SIH).
Jalin Kerja Sama
Dalam rangka mendorong penerapan konsep produksi bersih di industri batik nasional, BBSPJIKB Yogyakarta telah mejalin kerja sama dengan berbagai pihak seperti UNIDO pada 2020 dalam program Resource Efficiency and Cleaner Production (RECP) untuk lima sentra batik yang mewakili masing-masing kabupaten kota di Yogyakarta.
Sebelumnya, BBSPJIKB Yogyakarta telah menjalin kemitraan dengan GTZ - Uni-Eropa (2008-2011) dalam program Clean Batik Initiative yang menjalankan program produksi bersih untuk sentra batik di Indonesia, termasuk di wilayah Solo, Sragen, Pekalongan, Cirebon, dan Banyumas.
"Kami juga bekerjasama dengan Asosiasi Batik Jawatimur (APBJ) untuk mewujudkan batik ramah lingkungan," tutur Wisnu.