JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung terkoreksi sepanjang tahun ini.
Pergerakan IHSG hingga pertengahan Juni lalu hampir sebagian besar dipengaruhi sentimen kebijalan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed.
Hingga 14 Juni lalu, IHSG melemah 537,96 poin atau 7,4 persen dari penutupan akhir tahun lalu, yakni pada 29 Desember 2023 di posisi 7.272,79.
Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (14/6) sore, ditutup melemah dipimpin oleh saham- saham sektor teknologi.
IHSG ditutup melemah 96,72 poin atau 1,42 persen ke posisi 6.734,83.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 13,12 poin atau 1,53 persen ke posisi 845,50.
"IHSG dan bursa regional Asia berada di zona merah, pasar khawatir perang tarif pajak antara China dengan Uni Eropa semakin memanas, yang disebabkan oleh pemerintah China naik pitam menanggapi tarif baru Uni Eropa terhadap kendaraan listrik (EV) impor China," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Jumat pekan lalu.
Belgia yang merupakan Uni Eropa (UE) menilai Tiongkok telah berlebihan memberikan subsidi terhadap EV.
Di sisi lain, Tiongkok akan mengambil sikap yang diperlukan untuk menjaga kepentingan mereka setelah Komisi UE mengumumkan mereka akan mengenakan bea tambahan sampai 38,1 persen pada impor mobil listrik Tiongkok mulai Juli 2024.
Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham.
Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sebelas atau semua sektor terkoreksi yaitu sektor teknologi turun paling dalam sebesar 2,23 persen, diikuti sektor infrastruktur dan sektor energi yang masing-masing turun sebesar 2,03 persen dan 1,93 persen.