JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung melemah selama periode pendek perdagangan jelang libur panjang akhir pekan. Pasar kembali dibuat ragu oleh pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang hawkish terhadap kebijakan moneter ke depan.

Padahal, investor sebelumnya meyakini the Fed bakal mulai memangkas kebijakan suku bunga acuan kuartal pertama tahun ini. Keyakinan itu didasarkan pada membaiknya sejumlah data ekonomi AS meskipun inflasi yang menjadi pertimbangan utama masih jauh di atas target.

IHSG sepanjang 5-7 Februari tercatat melemah 0,05 persen, berbalik dari catatan pada pekan sebelumnya, yakni 29 Januari-2 Februari 2024 yang menguat 1,42 persen.

Seperti diketahui, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7/2) sore, ditutup melemah dipimpin oleh saham-saham sektor barang baku (basic consumer). IHSG ditutup melemah 12,26 poin atau 0,17 persen ke posisi 7.235,15. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 2,51 poin atau 0,26 persen ke posisi 983,13.

"Bursa Asia bergerak mixed karena pelaku pasar mempertimbangkan penyataan pejabat The Fed, serta munculnya keraguan pelaku pasar terhadap upaya regulator pasar modal Tiongkok dalam menstabilkan pasar, dimana regulator pasar modal Tiongkok menunda pemberian pinjaman saham, serta membatasi ukuran refinancing sekuritas, sebagai bagian dari upaya lebih lanjut untuk mengekang short selling," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Volatilitas pasar di Asia juga dipicu oleh aksi taking profit menjelang libur Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili.

Sementara itu, pernyataan pejabat The Fed Loretta Mester bahwa para pembuat kebijakan mungkin akan baru percaya diri untuk menurunkan suku bunga acuannya pada akhir tahun ini, cukup memberikan kebingungan terhadap pelaku pasar.

Baca Juga: