JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan rawan terkoreksi, jelang akhir pekan ini. Pergerakan IHSG bakal dipengaruhi sentimen eksternal dan internal.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat pasar akan mencermati rilis data penggajian non pertanian atau Non Farm Payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) dan inflasi Indonesia. Karenanya, Herditya memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Jumat (1/11), terkoreksi dengan support di 7.545 dan resistance di 7.612.
Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (31/10) sore, ditutup menguat dipimpin oleh saham- saham sektor energi. IHSG ditutup menguat 4,16 poin atau 0,06 persen ke posisi 7.574,02, sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 3,22 poin atau 0,35 persen ke posisi 921,41.
"Bursa regional Asia bergerak mixed (variatif), serangkaian informasi tampaknya menjadi fokus perhatian pelaku pasar," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.
National Bureau of Statistics Tiongkok melaporkan indeks manufaktur meningkat menjadi 50,1 pada Oktober 2024, dari sebelumnya sebesar 49,8 pada September 2024 dan sedikit di atas ekspektasi pasar yang sebesar 50.
Hal tersebut menandai ekspansi pertama dalam aktivitas pabrik sejak April 2024, yang juga memberikan petunjuk bagaimana serangkai langkah-langkah stimulus oleh Tiongkok untuk membalikkan perlambatan ekonomi memberikan dampak positif.