JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berisiko melanjutkan hasil negatif, hari ini (9/7). Sentimen eksternal diperkirakan masih dominan mempengaruhi pergerakan IHSG.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat IHSG rawan terkoreksi karena dipengaruhi aksi profit taking dan pergerakan harga komoditas serta sikap investor mencermati kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed. Dia memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Selasa (9/7), bergerak dengan support 7.196 dan resistance 7.275.
Sementara itu, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/7) sore, ditutup turun mengikuti pelemahan bursa saham kawasan Asia. IHSG ditutup melemah 2,39 poin atau 0,03 persen ke posisi 7.250,97, sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 2,30 poin atau 0,25 persen ke posisi 904,32.
"Bursa regional Asia bergerak cenderung terkoreksi turut menekan pergerakan IHSG, tampaknya pasar cenderung menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan China pada pekan ini," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.
Di sisi lain, pasar mencermati perkembangan perang dagang antara Uni Eropa (UE) dan Tiongkok karena memburuknya hubungan akibat penerapan kenaikan tarif Uni Eropa pada mobil listrik Tiongkok.
Uni Eropa (UE) menaikkan bea masuk atas impor mobil listrik Tiongkok hingga hampir 38 persen dalam upaya melindungi industri otomotif mereka, sehingga menambah tekanan pada Beijing di tengah perang dagang yang sedang berlangsung dengan AS.