JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih rawan melanjutkan koreksinya jelang akhir pekan ini. Sebab, belum ada katalis pendorong secara signifikan bagi IHSG.

Research Analyst Reliance Sekuritas, Lukman Hakim memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Jumat (12/5), bergerak di kisaran 6.710 - 6.775 dengan kecenderungan melemah.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (11/5), ditutup melemah di tengah ekspektasi pasar akan penahanan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed. IHSG ditutup turun 55,97 poin atau 0,82 persen ke posisi 6.755,94. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 7,35 poin atau 0,78 persen ke posisi 940,15.

"Data inflasi AS memberikan peluang bagi pelaku pasar, bahwa The Fed dapat menahan suku bunga acuannya," tulis Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS, Rabu (10/5), melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS meningkat sebesar 0,4 persen pada April secara bulan ke bulan, lebih tinggi dari pertumbuhan 0,1 persen pada Maret. Ini sejalan dengan ekspektasi para ekonom.

IHK AS naik 4,9 persen secara tahun ke tahun pada April, turun dari pembacaan 5,0 persen pada Maret. Ini adalah pembacaan tahunan terkecil sejak April 2021. Para ekonom memperkirakan data yang tidak berubah.

Dibuka stagnan, IHSG bergerak ke teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih terus bergerak di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tiga sektor meningkat dimana sektor barang konsumen non primer paling tinggi yaitu 0,92 persen, diikuti sektor properti serta sektor transportasi dan logistik yang naik masing-masing 0,36 persen dan 0,25 persen.

Sedangkan mayoritas yakni delapan sektor terkoreksi.

Baca Juga: