JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan tren negatif, hari ini (30/5). Sejumlah faktor, baik internal maupun eksternal, dinilai masih menekan kinerja rupiah.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat pergerakan IHSG bakal dipengaruhi fluktuasi harga komoditas global, pelemahan rupiah terhadap dollar AS dan sikap investor yang menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS). Karenanya, Herditya memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Kamis (30/5), masih rawan melanjutkan koreksinya dengan support 7.052 dan resistance 7.298.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (29/5) sore, ditutup melemah dipimpin oleh saham-saham sektor infrastruktur. IHSG ditutup melemah 113,39 poin atau 1,56 persen ke posisi 7.140,22, sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 14,63 poin atau 1,62 persen ke posisi 886,17.

"IHSG bergerak di zona merah yang terseret dari sentimen eksternal," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Dari mancanegara, bursa regional Asia bergerak melemah yang tampaknya dipengaruhi sentimen dari kenaikan imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun yang naik hampir 10 basis poin (bps) menjadi 5,54 persen, sehingga pelaku pasar menahan diri masuk ke asset keuangan equity.

Kenaikan imbal hasil tersebut dampak dari sikap petinggi The Fed, yaitu Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari yang mengatakan bahwa tidak akan mengesampingkan kenaikan suku bunga tambahan apabila tekanan inflasi muncul kembali.

Selain itu, Neel Kashkari juga menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa The Fed harus menunda pemotongan suku bunga sampai inflasi membaik secara signifikan, dan bahkan mungkin menaikkan suku bunga apabila inflasi gagal turun lebih jauh.

Baca Juga: