JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), hari ini (14/10), berpotensi melanjutkan penguatannya dari akhir pekan lalu meskipun bersifat terbatas. Penguatan dipengaruhi sikap pasar menantikan arah kebijakan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS) dan mencermati perkembangan tensi geopolitik di Timur Tengah.

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi melihat data inflasi AS yang melambat membuat pasar menantikan arah kebijakan bank sentral setempat (The Fed) terkait suku bunga acuan. Selain itu, lanjutnya, ketidakpasian tensi geopolitik di Timur Tengah menimbulkan ketidakpastian baru.

Oktavianus memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Senin (14/10), cenderung menguat dengan kisaran level support di 7.426 dan resistance di 7.650.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (11/10) sore, ditutup menguat dipimpin oleh saham- saham sektor properti. IHSG ditutup menguat 40,52 poin atau 0,54 persen ke posisi 7.520,60, sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 4,47 poin atau 0,48 persen ke posisi 933,24.

"Data inflasi Amerika Serikat keluar lebih tinggi dari ekspektasi, sehingga mengaburkan gambaran mengenai keputusan suku bunga yang akan di ambil pada November 2024," sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta.

Dari mancanegara, indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) memperlihatkan Inflasi utama di AS naik 0.2 persen month to month (mtm) pada September 2024, sama dengan kenaikan di dua bulan sebelumnya dan lebih tinggi dari ramalan pasar 0,1 persen (mtm).

Secara tahunan, inflasi utama melambat selama enam bulan beruntun menjadi 2,4 persen, atau terendah sejak Februari 2021, dari 2,5 persen di bulan Agustus namun masih lebih tinggi dari ramalan pasar 2,3 persen.

Baca Juga: