MADRID - Petenis perempuan peringkat teratas dunia Iga Swiatek berhasil melewati laga final paling ketat yang pernah ia ikuti untuk membalas kekalahannya dari Aryna Sabalenka di final Madrid Open tahun lalu. Swiatek meraih kemenangan dalam laga yang melelahkan selama tiga jam 11 menit di ibu kota Spanyol, Minggu (5/5).

Bangkit dari ketertinggalan 1-3 di set penentuan dan menyelamatkan total tiga match point, Swiatek meraih kemenangan 7-5, 4-6, 7-6 (9/7) untuk mengamankan trofi Madrid Open untuk pertama kalinya.

Swiatek, yang meraih gelar ke-20 dalam karirnya, dan kesembilan di level WTA 1000, kini telah memenangkan delapan final terakhirnya berturut-turut. Dia bergabung dengan Elena Rybakina dengan 30 kemenangan terbanyak dalam tur musim ini.

Petenis Polandia berusia 22 tahun itu mengakui bahwa dia merasa tegang selama dua jam pertama laga tersebut. Namun dia mendapat inspirasi dari Rafael Nadal untukkemampuan meningkatkan mentaldi saat yang paling penting.

"Saya terkejut bahwa di set ketiga merasakan mental yang terbaik,"ujar Swiatek. Dia meningkatkan catatan pertemuan 7-3 sepanjang karirnya melawan juara Madrid Opendua kali Sabalenka.

Satu hal yang terlintas dalam pikiran adalah Rafa menjalani beberapa pertandingan seperti itu. Iga ingat persis ketika Rafa bermain melawan (Daniil) Medvedev di Australia (final Open 2022) dan itu sulit baginya. Dia juga kesulitan untuk beberapa waktu. Rafa tegang, dan stres. "Hal semacam itu memberi saya harapan," sambung Iga.

Dalam suhu yang lebih hangat dari biasanya di Caja Magica, pasangan ini saling bertukar break untuk memulai final dan bersaing ketat. Akhirnya sampai Swiatek memanfaatkan kesalahan Sabalenka untuk menutup set pembuka yang berlangsung selama 61 menit.

Meski menyia-nyiakan keunggulan 2-0 di awal set kedua, Sabalenka memaksakan set penentuan dengan pukulan forehand yang sangat cepat. Ini adalah kelima kalinya dalam enam pertandingan selama dua pekan Sabalenka terlibat dalam laga tiga set. Dia jelas siap untuk melangkah lebih jauh.

Juara bertahan itumematahkan servis lawannya untuk menyamakan kedudukan menjadi 3-1 di set penentuan, menghujani Swiatek dengan pukulan yang kuat, namun keunggulannya tidak bertahan lama. Swiatek menyelamatkan sepasang match point melalui servisnya sendiridalam kedudukan 5-6 saat pertandingan berkualitas tinggi tersebut berlanjut ke tiebreak penentuan.

Laga Ketat

Sabalenka menghasilkan ace untuk menyelamatkan match pointdalam kedudukan 5-6, Swiatek bertahan untuk kedudukan 7-7. Beberapa saat kemudian, petenis nomor satu dunia asal Polandia itu menjatuhkan dirinya karena tidak percaya saatmemastikan kemenangan heroik melalui pukulan backhand Sabalenka yang keluar lapangan.

"Ini final paling intens dan gila yang pernah saya mainkan," ujar Swiatek usai pertandingan.

Meski kalah, Sabalenka merasa telah mendapatkan kembali performa terbaiknya setelah berhasil mempertahankan gelar Australia OpenJanuari lalu.

Petenis peringkat dua dunia itu mengakui bahwa levelnya menurun setelah Melbourne tetapi perjuangan panjangnya di Madrid telah membantunya kembali ke performa terbaiknya.

Dia mengatakan kekalahan telak ini sesuatu yang sulit untuk diterima. Namun dia bangga dengan usahanya melawan rivalnya di tiga besar, Rybakina dan Swiatek.

"Saya benar-benar ingin bertanding lebih banyak lagi difinal melawan dia,"ujar Sabalenka.

Sabalenkasangat berharap bisa meningkatkan level setiap tahunnya. Dia sangat senang menjadi salah satu dari tiga besar ini.

"Ini sangat memotivasi saya untuk terus bekerja dan terus meningkatkan diri agartetap di sana dan meraih kemenangan sebanyak mungkin melawan mereka," tandasnya. ben/AFP/G-1

Baca Juga: