Penguasa Kamboja, Hun Sen, pada Kamis mengumumkan pemerintahan baru yang dipimpin oleh putra tertuanya dan jabatan kabinet yang diisi oleh putra bungsu dan keponakannya.

PHNOM PENH - Penguasa Kamboja Hun Sen pada Kamis (10/8) mengumumkan pemerintahan baru di negaranya, yang dipimpin oleh putra tertuanya dan termasuk putra bungsunya serta keponakannya dalam jabatan senior.

Pengumuman itu dilakukan setelah Partai Rakyat Kamboja (CPP) pimpinan Hun Sen memenangkan semua kecuali lima dari 125 kursi di majelis rendah dalam pemilihan Juli lalu, yang secara luas dikecam sebagai sebuah sandiwara setelah partai oposisi utama dilarang ikut serta dalam pesta demokrasi itu.

Beberapa hari setelah kemenangan telak, Hun Sen yang merupakan salah satu pemimpin terlama di dunia, mengumumkan bahwa ia mengundurkan diri dari jabatannya dan menyerahkan kekuasaan kepada putra sulungnya, Hun Manet, setelah hampir empat dekade memerintah dengan tangan besi.

Sebelumnya pada Senin (7/8) lalu, Raja Kamboja, Norodom Sihamoni, menunjuk jenderal bintang empat Hun Manet, 45 tahun, sebagai pemimpin baru negara itu dan langkah itu telah menegaskan terjadinya transfer kekuasaan dinasti.

"Perdana menteri dan kabinet baru akan dilantik pada 22 Agustus," kata Hun Sen sebelumnya.

Hun Sen memposting gambar ke akunTelegram-nya tentang pertemuan pada Kamis dari menteri pemerintah yang keluar dan yang baru, termasuk yang menunjukkan Hun Manet diapit oleh sekitar 30 jajaran anggota kabinet yang baru

Hun Manet pun kemudian memposting ulang foto jajaran kabinet baru dengan mengatakan kepada pengikutnya bahwa faktor yang paling penting untuk melanjutkan dominasi elektoral CPP adalah solidaritas dan kesatuan internal partai.

Putra bungsu Hun Sen, Hun Many, akan menjadi menteri pamong praja, sementara putra menteri dalam negeri dan pertahanan akan mengambil alih jabatan ayah mereka, menurut draf salinan daftar anggota kabinet baru yang diperoleh kantor beritaAFP.

Sementara itu keponakan PM yang akan berakhir masa jabatannya, Neth Savoeun, yang saat ini adalah kepala kepolisian nasional, akan menjadi wakil perdana menteri.

Hancurkan Oposisi

Mantan kader Khmer Merah Hun Sen, yang memerintah sejak 1985, telah menolak kecaman internasional bahwa pemilu Juli tidak adil, dengan mengatakan penyerahan kekuasaan itu dilakukan untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah jika dia meninggal saat menjabat.

Kelompok hak asasi manusia menuduhnya menggunakan sistem hukum untuk menghancurkan setiap oposisi terhadap pemerintahannya dan memenjarakan banyak aktivis.

Setelah mengundurkan diri, Hun Sen akan menjadi presiden senat pada awal 2024 dan bertindak sebagai kepala negara saat raja berada di luar negeri. Dia pun mengatakan akan terus bertugas di posisi lain hingga setidaknya 2033. AFP/I-1

Baca Juga: