BPBD Lebak sudah menyiapkan personel dan sarana-prasarana pendukung penanggulangan bencana sebagai antisipasi menghadapi potensi bencana selama musim hujan.

SERANG - Sebagian besar wilayah Banten telah memasuki musim hujan dengan kondisi curah di atas normal. Hal ini karena dampak la Nina. "Jadi, curah hujannya di atas normal karena dipengaruhi fenomena la Nina," jelas Koordinator Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I Serang, Tarjono, Selasa (8/11).

Hujan besar setiap hari terjadi di kawasan Lippo Village, Kabupaten Tangerang, baik pagi, siang, maupun malam. Sebagian wilayah Banten yang baru mulai tiba musim hujan hanyalah Kota Serang dan Kabupaten Serang. Wilayah lainnya, sudah memasuki musim hujan. "Namun, puncak curah hujan wilayah Banten baru akan terjadi Desember sampai Februari tahun depan," jelas Tarjono.

Menurut hasil analisisBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi, lanjutnya, curah hujan di wilayah Banten pada musim hujan kali ini di atas normal karena ada pengaruh fenomena la Nina. Tarjonomengimbau warga mewaspadai dampak hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada masa puncak musim hujan. "Kami minta masyarakat selalu waspada saat puncakmusim hujan," katanya.

Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Agus Reza Faisal,juga mengingatkan warga yang tinggal di daerah rawan bencanauntuk meningkatkan kewaspadaan selama musim hujan. Bencana hidrometeorologiseperti banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung bisa terjadi selama musim hujan.

Agus menjelaskan BPBD Lebak sudah menyiapkan personel dan sarana-prasarana pendukung penanggulangan bencana sebagai antisipasi menghadapi potensi bencana selama musim hujan.
Menurutnya, BPBD juga sudah menyiapkan bantuan beras, makanan, minuman, dan obat-obatan untuk korban bencana. "Persediaan logistik cukup untuk enam bulan ke depan," katanya.

Longsor Panongan

Sementara itu, DPRD Kabupaten Tangerang akan memanggil pengelola Kawasan Industri Milenium dan dinas terkait tanah longsor di Desa Peusar, Kecamatan Panongan, beberapa pekan lalu. "Bencana longsor di Kampung Sempur, Desa Peusar, Kecamatan Panongan menjadi perhatian kami," jelas anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Tangerang, Deden Umar Dani, usai meninjau lokasi.

Menurutnya, ini bukan sekadar bencana biasa. Ada faktor lain dari pembangunan industri kawasan milenium. Dia akan mencari solusi mengatasi tanah bergerak atau longsor yang menimpa warga.
"Nanti kami bertemu pimpinan DPRD agar dijadwalkan dengar pendapat menanyakan penanganan bencana longsor ini," katanya.

Deden menjelaskan dari pantauan di lokasi terdapat beberapa temuan penyebab tanah longsor permukiman warga tersebut, di antaranya proses pembangunan kawasan. Maka, Deden berharap dari dengar pendapat dapat diketahui, bencana ini murni karena alam atau ada kelalaian pengembang.

Deden mengingatkan, selain demi keselamatan warga, di sini juga ada aset pemerintah yang terdampak. Dia mengkritik Pemerintah Kabupaten Tangerang karena belum melakukan langkah-langkah penanganan terhadap para korban yang terdampak musibah longsor tersebut. Jangan hanya selesai memberikan tempat tidur. Tetapi, seharusnya pemerintah memikirkan penanganan rumah yang hancur. Kemudian, penanganan kehidupan warga yang tidak normal karena musibah ini.

Sebelumnya, sebanyak enam rumah rusak berat dan akses jalan terputus di Kampung Sempur, Desa Peusar, akibat terdampak tanah bergerak atau longsor yang disebabkan intensitas hujan lebat beberapa pekan lalu.

Baca Juga: