LIMA - Peru menarik duta besarnya dari Kolombia pada Rabu (29/3). Negara itu menuduh tetangganya meremehkan upaya perebutan kekuasaan mantan presiden Pedro Castillo.

Kementerian Luar Negeri Peru mengatakan, langkah itu dilakukan setelah "gangguan berulang dan ekspresi ofensif" Presiden Kolombia Gustavo Petro, yang "memutarbalikkan fakta dengan mengabaikan bahwa pada 7 Desember 2022 sebuah kudeta terjadi di Peru yang dilakukan mantan Presiden Pedro. Castillo."

"Ekspresi campur tangan Petro yang terus-menerus telah memperburuk hubungan persahabatan, kerja sama, dan saling menghormati yang telah ada antara Peru dan Kolombia," kata pernyataan itu.

Setelah penarikan dubes, hubungan diplomatik kedua negara Amerika Selatan itu resmi berada di level kuasa usaha, menurut kementerian.

Castillo (53) telah dipenjara sejak 7 Desember. Dia ditangkap setelah berusaha membubarkan parlemen dan memerintah melalui dekrit.

Pemimpin sayap kiri itu berusaha menangkal suara ketiga di Kongres yang akan memakzulkannya atas dugaan korupsi.

Pemecatannya memicu protes massal nasional yang menyebabkan 54 orang tewas dan 600 orang terluka akibat bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan.

Pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Dina Boluarte.

Mereka juga menginginkan konstitusi baru, pembubaran parlemen, dan pemilihan umum digelar segera.

Boluarte pada Desember lalu menarik duta besar Peru untuk Kolombia untuk konsultasi.

Pada 25 Februari, dia juga mengumumkan penarikan kembali duta besar Peru di Meksiko, menuduh Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador melanggar prinsip non-campur tangan dalam urusan dalam negeri.

Lopez Obrador telah berulang kali menyebut pemecatan Castillo "ilegal".

Baca Juga: