JAKARTA - Presiden AS Joe Biden akan berbicara dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada hari Jumat (18/3) tentang perang Rusia melawan Ukraina dan persaingan ekonomi antar kedua negara, kata Gedung Putih hari Kamis (17/3).

"Ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk menjaga jalur komunikasi terbuka antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok," ungkap Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan VOA, Jumat (18/3).

Biden akan berbincang dengan Xi melalui sambungan telepon. Sebelumnya, penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan bertemu dengan penasihat senior kebijakan luar negeri Tiongkok Yang Jiechi di Roma pada hari Senin (14/3) selama tujuh jam.

Perbincangan telepon pada hari Jumat (18/3) ini dijadwalkan ketika Biden berupaya menyelesaikan penyesuaian kebijakan luar negeri pemerintahannya - yang dikenal dengan jargon "pivot to Asia" alias "berporos ke Asia" - agar lebih akurat mencerminkan pandangan Washington tentang Tiongkok sebagai pesaing militer dan ekonomi terpenting Amerika.

Tiongkok, sekutu dekat Rusia, telah menolak ikut mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. Dalam pertemuan hari Senin, Sullivan berusaha memperjelas posisi Beijing terhadap Rusia, di mana ia memperingatkan Tiongkok bahwa upaya apapun yang diambil untuk membantu Rusia menghindari sanksi Barat akan merugikan pemerintahan Xi Jinping.

Setelah pertemuan itu, AS menyuarakan kekhawatirannya terkait "keselarasan" Rusia dan Tiongkok, yang sama-sama merupakan kekuatan nuklir dengan pemimpin otoriter.

AS memberitahu sekutu-sekutunya di Asia dan Eropa pada hari yang sama bahwa intelijen AS telah menyimpulkan bahwa Tiongkok telah mengindikasikan kepada Rusia bahwa mereka akan setuju memberikan dukungan militer dan keuangan ke Rusia.

Pejabat AS telah memperingatkan bahwa Beijing telah membantu menyebarluaskan disinformasi (berita bohong untuk menyesatkan/propaganda) Rusia yang dapat dijadikan dalih bagi Rusia untuk menyerang Ukraina dengan senjata biologis atau kimia.

Baca Juga: