JAKARTA - HSBC dilaporkan tidak berencana untuk meluncurkan perdagangan cryptocurrency atau menawarkan koin digital sebagai investasi kepada pelanggan. Kepala Eksekutif HSBC, Noel Quinn, mengatakan alasan keputusan tersebut karena cryptocurrency terlalu mudah berubah dan kurang transparan.

Sikap bank terbesar di Eropa itu terhadap cryptocurrency datang ketika bitcoin terbesar dan paling terkenal di dunia, jatuh hampir 50 persen dari level tertinggi tahun ini, setelah Tiongkok menindak penambangan mata uang yang didukung oleh bos Tesla, Elon Musk.

Sikap HSBC itu berseberangan dengan rivalnya seperti Goldman Sachs, yang pada Maret dilaporkan Reuters, telah memulai kembali meja perdagangan cryptocurrency-nya, dan UBS yang menurut media lain sedang menjajaki cara untuk menawarkan mata uang digital sebagai produk investasi.

"Mengingat volatilitas, kami tidak menjadikan bitcoin sebagai kelas aset. Jika klien kami ingin berada di sana maka tentu saja mereka ada, tetapi kami tidak mempromosikannya sebagai kelas aset dalam bisnis manajemen kekayaan kami," kata Quinn, Selasa (24/5).

"Untuk alasan serupa, kami tidak terburu-buru ke stablecoin," katanya, mengacu pada mata uang digital seperti tether yang berusaha menghindari volatilitas yang biasanya terkait dengan cryptocurrency dengan mematok nilainya ke aset seperti dollar AS.

Bitcoin pada Senin diperdagangkan pada 36.387 dollar AS, turun hampir 50 persen hanya dalam 40 hari dari tahun tertinggi 64.895 dollar AS, pada 14 April. Tekanan pada mata uang itu meningkat setelah miliarder yang merupakan Chief Executive Tesla dan pendukung setia cryptocurrency, Elon Musk, membalikkan pendiriannya pada Tesla yang sebelumnya menerima bitcoin sebagai pembayaran.

Namun demikian, Quinn mengatakan bahwa dia percaya pada mata uang digital bank sentral (CBDC), yang sedang dikerjakan oleh beberapa negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

"CBDC dapat memfasilitasi transaksi internasional dalam dompet elektronik dengan lebih sederhana, mereka mengurangi biaya gesekan dan cenderung beroperasi secara transparan dan memiliki atribut nilai tersimpan yang kuat," katanya.

"HSBC sedang berbicara dengan beberapa pemerintahan tentang inisiatif CBDC mereka, termasuk negara-negara, seperti Inggris, Tiongkok, Kanada, dan Uni Emirat Arab," katanya.

Paling Maju

Proyek CBDC Tiongkok adalah salah satu yang paling maju di antara negara-negara ekonomi global utama. Uji coba di seluruh kota yang melibatkan bank milik negara dimulai tahun lalu, dan ada juga proyek percontohan untuk penggunaan lintas batas yang sedang berlangsung di Hong Kong. Tiongkok juga terlibat dalam proyek terpisah yang mengeksplorasi CBDC untuk pembayaran lintas batas, di mana HSBC telah terlibat.

Sementara itu, Beijing terus maju dengan mata uang digital bank sentral, Tiongkok telah meningkatkan upaya untuk mengekang penggunaan cryptocurrency.

Negara yang merupakan pusat dari strategi pertumbuhan HSBC ini, pada Selasa lalu, mengatakan bahwa mereka telah melarang lembaga keuangan dan perusahaan pembayaran untuk menyediakan layanan yang terkait dengan transaksi mata uang kripto.

Reuters pada April, melaporkan bahwa HSBC telah melarang pelanggan dalam platform perdagangan saham daringnya untuk membeli saham di MicroStrategy yang didukung bitcoin. Lewat sebuah pesan kepada klien, HSBC mengatakan bahwa bank itu tidak akan memfasilitasi pembelian atau pertukaran produk yang terkait dengan mata uang virtual. n SB/rtr/E-9

Baca Juga: