HONG KONG - Pihak berwenang di Hong Kong pada Senin (28/1) menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan penerapan penguncian ketat (lockdown) setelah strategi penanganan wabah virus Covid-19 kacau balau dan korban jiwa terus bertambah.

Sebelumnya selama 2 tahun, kebijakan nol-Covid Hong Kong berhasil menahan sebagian besar penyebaran virus korona, namun munculnya varian Omicron yang sangat menular membuat pemerintah kota itu kewalahan dalam menghadapi wabah massal.

Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, sebelumnya mengesampingkan lockdown seluruh kota dan sebaliknya telah memerintahkan seluruh 7,4 juta penduduk untuk diuji Covid-19 pada Maret. Namun sikap Lam saat ini telah berubah arah setelah Menteri Kesehatan Sophia Chan mengkonfirmasi bahwa lockdown masih merupakan pilihan.

Ditanya oleh seorang presenter di Radio Komersial apakah penguncian masih dikesampingkan, Chan menjawab bahwa pemerintah masih mendiskusikannya. "Dari perspektif kesehatan masyarakat, untuk menghasilkan efek terbaik dari kewajiban tes universal, kita perlu mengurangi pergerakan orang sampai batas tertentu," ungkap Menkes Chan.

Pernyataan Chan diutarakan sehari setelah Li Dachuan, seorang pejabat senior dari Tiongkok daratan yang terlibat dalam satuan tugas bersama dengan otoritas Hong Kong, menyatakan bahwa lockdown sebagai pendekatan paling ideal dan terbaik untuk mencapai efek terbaik dari tes universal.

Picu Kecemasan

Pertimbangan itu menambah ketidakpastian dan kecemasan baru bagi penduduk dan bisnis di Hong Kong. Saat ini tercatat ada 193.000 kasus dan 636 kematian akibat Covid-19 dalam gelombang penyebaran wabah sejak 31 Desember. Padahal sejak awal pandemi, Hong Kong hanya mencatat sebanyak 12.000 infeksi dan 205 kematian akibat Covid-19.

Tingkat kematian rata-rata selama tujuh hari di Hong Kong saat ini mencapai sekitar delapan per satu juta orang. Angka itu cukup tinggi jika dibandingkan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) yang mencapai 5 per satu juta populasi, 1,80 per satu juta populasi di Inggris dan 1,36 per satu juta populasi di Singapura.

Dalam pernyataannya, para pejabat di Hong Kong telah mengungkapkan bahwa 91 persen dari mereka yang telah meninggal dalam gelombang pandemi saat ini, tidak sepenuhnya divaksinasi.

Meskipun persediaan vaksin mencukupi, Hong Kong memiliki tingkat vaksinasi yang buruk di antara orang-orang yang berusia di atas 70-an sebelum Omicron menyerang.

Tiongkok telah menyerukan peningkatan tanggapan dari Hong Kong melalui kerja sama dengan satuan tugas yang beroperasi di Kota Shenzhen.

Saat ini petugas bantuan medis dari Tiongkok daratan sedang bertugas untuk membangun rumah sakit dan bangsal isolasi darurat untuk menampung pasien Covid-19, apalagi banyaknya jumlah kasus saat ini telah melampaui ketersediaan daya tampung inap di rumah sakit. AFP/I-1

Baca Juga: