Putra bungsu pengusaha kondang bidang kosmetika dan jamu, Martha Tilaar, ini mengaku hobi dapat meningkatkan performa dan kreativitas dalam pekerjaan.

Pembawaannya sangat ramah, bersedia meluangkan waktu untuk diajak ngobrol. Apalagi jika berbincang tentang hobinya. Itulah Killa Tilaar, putra bungsu dari Martha Tilaar, seorang pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang kosmetika dan jamu dengan nama dagang Sariayu.

Ditemui di acara World Stamp Exhibition di Trans Luxury Hotel Kota Bandung belum lama ini, Kiki, demikian akrab dipanggil, berdiri di stan yang sengaja diisi dengan koleksi-koleksi pribadinya. Karena pameran prangko, ia pun memamerkan koleksi prangkonya.

Prangko yang dikumpulkan hanya satu tema, yakni Elvis Presley. Semua prangko yang dimiliknya dalam beberapa set dan edisi khusus Elvis saja, tidak ada koleksi lainnya. Kenapa Elvis?

Rupanya Kiki menjadi pengagum berat musisi rock and roll, Elvis Presley. Jadi, meskipun saat itu adalah tempat untuk berpameran prangko, stan miliknya lebih terkesan sebagai tempat untuk memamerkan memorabilia Elvis. "Saya Elvis banget. Dia kan pemalu, saya juga sangat pemalu," ujarnya yang saat ini mengenakan setelan jas rapi.

Untuk mengoleksi memorabilia serba Elvis tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bermula ketika dia hidup di Amerika sejak lulus dari sekolah tingkat SMP. Sejak itu, dia mulai suka Elvis ketika mendengarkan lagu Can't Help Falling In Love, yang diputar sang Ayah, HAR Tilaar. Sejak itu, dia mulai mengoleksi Elvis. "Kalo nggak salah Bapak gua nyetel Elvis tahun 1992, dari situ mulai suka," jelasnya.

Dia mengaku setelah 10 tahun mengoleksi, kini sudah ada ratusan barang serba Elvis yang dimilikinya. Bukan hanya prangko, Kiki menyebutkan memiliki 800 piringan hitam album dan lagu-lagu Elvis yang didapat di 20 negara dunia. Ada satu koleksi yang menurutnya sangat langka yang didapat di Arab Saudi. Kiki juga memiliki banyak replika gitar Elvis dan produk terbatasnya, termasuk 600 CD lagu-lagu Elvis. Jump Suit, atau baju terusan yang melegenda juga dia miliki, meksi hanya sebatas replika saja.

Sejalan dengan Pekerjaan

Hobi, menurutnya, dapat meningkatkan performa dan kreativitas dalam pekerjaan. Hal ini sangat dia perlukan mengingat telah dipercaya oleh perusahaan untuk mengelola bagian kreatif produk. "Kalau nggak dibarengin dengan hobi, wah pusing bener ini mas. Jadi banyak bersentuhan dengan ini," ujarnya.

Karakter tokoh dunia termasuk Elvis sedikit banyak ikut memberikan masukan pada rencana-rencana produk yang dibuat atau bagaimana perjuangannya dalam meraih sukses.

"Harus bisa tampil dengan baik dan benar. Meski dia itu pemalu, mirip dengan gue lah. Ini bagian dari proses kreatif," tutur pria kelahiran Jakarta pada September 1980 ini. Ide pun muncul untukmembuat sebuah produk yang diperuntukkan bagi anak-anak muda, yakni minyak rambut atau pomade. Dia membuat pomade ini terinspirasi dari rambut jambulnya Elvis, yang ternyata saat ini model rambut jambul ini banyak disukai anak-anak muda.

Pomade dia produksi untuk penata rambut Rudi Hadisuwarno. Tetapi, tentunya kreativitasnya itu didapat dari pengalaman kerjanya selama mengurusi bisnis Martha Tilaar Grup.

Kilala Tilaar tidak bisa begitu saja mencapai sukses di posisi puncak seperti saat ini, meski bekerja di perusahaan keluarga. Lulusan S-2 di Harvard University ini harus mengalami gemblengan di lingkungan perusahaan yang berbeda-beda, masih dalam grup Martha Tilaar. Selepas kuliah di Amerika, dia dipercaya untuk mengurusi anak perusahaan yang hampir bangkrut, sebuah spa tradisional.

Bukan sebagai manajer, tetapi sebagai staf pimpinan. Di sana, dia belajar banyak tentang bisnis keluarga yang ternyata tidak gampang, apalagi kosmetika tradisional selalu diidentikkan sebagai kosmetika kelas dua dibandingkan merek impor.

Hingga akhirnya, Kiki dipercaya untuk memimpin pemasaran di Martina Berto. Di posisinya itu, dia terus menunjukkan kemampuannya melakukan penetrasi pasar atas produk kosmetika Martha Tilaar, hingga diterima di ritel modern.

Menurutnya, kosmetika tidak lepas dari dunia selebritas. Saat itu, dia menggandeng Krisdayanti untuk menjadi brand ambasador untuk meningkatkan brand awareness produk. Dan langkah itu berhasil sehingga semakin mengibarkan brand Martha Tilaar di masyarakat.

Bekerja mulai dari level terbawah, sebagai staf kemudian menjadi manager dan sekarang dipercaya sebagai Heads Corporate Creative and Inovative Martha Tilaar Grup merupakan sebuah proses yang panjang, bahkan harus dilalui lebih dari lima tahun meskipun ini adalah perusahaan milik keluarga.

Sebuah proses, menurutnya, menjadi hal paling penting untuk menggembleng karakter seseorang agar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Keep Rock and roll! teguh raharjo/AR-2

Baca Juga: