JAKARTA - Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) bersama CGV meresmikan program literasi digital bertajuk Save Our Socmed (S.O.S) berupa kompetisi film pendek. Program yang ditujukan untuk pelajar, mahasiswa, dan umum ini menawarkan hadiah total hadiah 100 juta rupiah.

S.O.S. disertai dengan pelatihan pembuatan film gratis di bioskop-bioskop CGV di 10 kota Indonesia bagi para pendaftar. Acara dengan tema "Waspada Flex Culture, Stay Humble!" ini diinisiasi menanggapi fenomena flexing, di mana banyak anak-anak Gen-Z makin kerap memamerkan kekayaan dan menyombongkan diri di media sosial yang memberi dampak negatif.

"Flexing menyebabkan rasa fear of missing out (FOMO), kurang percaya diri, merusak mental pribadi, dan mempengaruhi produktivitas," kata Director & Chief Regulatory Officer IOH, Muhammad Buldansyah dalam konferensi pers di Jakarta Senin (5/9).

Lewat program S.O.S, IOH berharap bisa menginspirasi anak muda Indonesia agar menggunakan internet untuk hal-hal produktif, kreatif, dan positif. Hal ini sejalan dengan misi perusahaan untuk menghadirkan pengalaman digital kelas dunia, menghubungkan, dan memberdayakan masyarakat Indonesia.

Buldansyah menambahkan, program S.O.S, IOH ingin memberi keterampilan digital dan mengajak anak muda untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana meningkatkan kreativitas dengan membuat konten positif. "Sehingga, anak muda yang jadi pengguna terbesar internet bisa memamerkan kreativitas daripada harus terbawa flex culture," kata dia.

Pasalnya, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dari total 210 juta pengguna internet Indonesia periode 2021-2022, sebanyak 99,16 persen pengguna ada di kelompok usia 13-18 tahun. Meski pengguna internet di kalangan anak muda sangat besar, namun data Digital Civility Index (DCI) Microsoft menunjukkan terdapat peningkatan konten dan perilaku negatif di media sosial.

Berdasarkan survei tersebut, 30 persen responden menyebut kesopanan di sosial media memburuk selama pandemi, tolong-menolong berkurang 11 persen, sikap tidak saling mendukung berkurang 8 persen, rasa kebersamaan juga menurun 11 persen. Dampaknya, flex culture menjadi kontributor yang menyebabkan lebih dari 19 juta anak-anak Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami depresi (Riskesdas, 2018)

Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis, Kebudayaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Fadjar Hutomo, menyampaikan, pihaknya berharap lewat pelatihan dan kompetisi film pendek S.O.S ini bisa menjadi media pembelajaran bagi anak muda Indonesia untuk memamerkan kreativitas. "Media sosial bisa menjadi wadah untuk membuat konten positif," ujarnya.

Setelah mendaftar dalam kompetisi film, peserta S.O.S akan menerima pelatihan pembuatan film pendek dan edukasi mengenai dampak negatif flex culture. Hasil karya mereka lantas dilombakan dan seluruh peserta akan diajak untuk bersama-sama menyaksikan karya-karya yang terpilih.

Direktur CGV, Haryani Suwirman menyebut, ia menyatakan sangat mendukung kegiatan yang mengeksplorasi kreativitas anak muda sekarang. "Kami berharap lewat ajang ini bisa mengangkat bakat-bakat terpendam untuk memajukan dunia perfilman Indonesia. Kami percaya anak muda Indonesia punya banyak ide-ide luar biasa," katanya.

Literasi Digital S.O.S dilaksanakan untuk meneruskan kesuksesan S.O.S pada tahun 2021 lalu. Lewat kegiatan CSR pilar pendidikan digital ini, IOH membuat kompetisi dan webinar terkait cyber bullying, hoaks, dan kekerasan berbasis gender online (KBGO). Hasil seluruh karya dari peserta kompetisi tersebut berhasil disaksikan oleh 2,3 juta penonton.

Produser Maxima Pictures, Ody Mulya Hidayat menyampaikan, melalui Program Literasi Digital ini, peserta diharapkan bisa menggali potensi dan menjadi penggerak industri perfilman di Indonesia ke depan. "Saya sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan seperti ini, di samping itu program ini juga memiliki nilai edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat," ucapnya.

Baca Juga: