Untuk mencapai pengembangan hilirisasi silika perlu dilakukan beberapa kegiatan penunjang, seperti penyusunan roadmap dan pembuatan pohon industri secara komprehensif.

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong hilirisasi komoditas silika yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri semikonduktor. Industri ini memiliki prospek sebagai penghasil devisa dan pencipta lapangan kerja yang besar.

Staf Ahli Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri Kemenperin, Ignatius Warsito, mengatakan Indonesia perlu mendorong pengembangan industri hulu dan hilir melalui hilirisasi silika menjadi wafer silikon berbasis Solar Grade Silicon (SGS) dan Electronic Grade Silicon (EGS).

"Wafer silikon merupakan material building block bagi industri semikonduktor dan sel surya, namun saat ini industri yang mengolah silika hingga menjadi wafer silikon solar grade belum tersedia di Indonesia," ujarnya di Jakarta, Sabtu (16/9).

Hilirisasi silika menjadi wafer silikon diharapkan mendukung kemandirian industri photovoltaic (PV) module dan semikonduktor dalam negeri. Untuk mencapai pengembangan hilirisasi silika menjadi wafer silikon, perlu dilakukan beberapa kegiatan penunjang, seperti penyusunan roadmap industri wafer silikon dan pembuatan pohon industri secara komprehensif.

Sebelumnya, Kemenperin menyelenggarakan Focus Group Discussion terkait pengembangan hilirisasi silika. Melalui kegiatan FGD ini, diharapkan bisa diperoleh kontribusi dan rekomendasi kebijakan untuk menyusun roadmap industri wafer silikon.

Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam (ISKBGNL) Kemenperin, Wiwik Pudjiastuti, menjelaskan berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), di Indonesia terdapat 328 perusahaan pencadangan pasir silika, 98 pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), 82 Pemegang IUP Eksplorasi. Realisasi penambangan pasir silika pada 2021 sebesar 2,01 juta meter kubik dari 330 juta ton total cadangan. Adapun lokasi potensial tambang pasir silika ada di Bangka Belitung, Kalimantan tengah, dan Kalimantan Barat, dan tidak menutup potensi-potensi di tempat lainnya. "Sedangkan Kuarsit total sumber dayanya sebesar 297 juta ton dan lokasi utama potensi penambangannya ada di Aceh," ujar Wiwik.

Lebih lanjut, Wiwik memaparkan, berdasarkan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) Kemenperin, saat ini tercatat ada 21 perusahaan pengolahan pasir silika dengan kapasitas terpasang 738.536 ton per tahun (tpy) dengan realisasi volume produksi dari sembilan perusahaan pada 2022 sebesar 404.755 ton.

"Dari sembilan perusahaan yang tersebar di Jawa dan Kalimantan tersebut, utilisasinya sebesar 68,48 persen. Sedangkan untuk jenis produknya, masih diminati pasir silika, tepung silika dan resin coated sand," jelasnya.

Substitusi Impor

Dari sisi potensi bahan baku industri PV dan semikonduktor, data BPS pada 2022 menyebutkan potensi nilai substitusi impor untuk wafer silikon mencapai 17,7 Juta dollar AS, 120 Juta dollar AS produk semi konduktor, 6,2 juta dollar AS untuk solar cell tidak dirakit, dan mencapai 65,9 Juta dollar AS untuk solar cell dirakit.

Mulai tahun ini, Kemenperin akan menyusun Rencana Aksi Kebijakan Hilirisasi Komoditas Silika/ Kuarsa, dimulai dengan penyusunan draf Roadmap Hilirisasi Silika menjadi Wafer Silikon pada 2025-2035 dalam Rangka Kemandirian Industri PVModule & Semikonduktor yang akan mulai disusun tahun ini.

Baca Juga: