Hasil penelitian menunjukkan golongan darah berpengaruh pada tingkat penularan Covid-19. Selain itu, golongan darah juga menentukan tingkat keparahan ketika terinfeksi.
Penelitian yang diterbitkan jurnal Blood Advances menyebutkan, virus SARS-CoV-2 dapat lebih mudah menempel ke sel-sel saluran napas orang dengan golongan darah A daripada bergolongan darah B atau O.
Hasil penelitian didukung data infeksi Covid-19 selama pandemi. Mereka dari golongan darah A lebih mungkin untuk tertular. Selama perawatan, golongan darah tersebut mengembangkan gejala parah daripada golongan darah lainnya.
Pada percobaan di laboratorium, bagian dari virus korona yang disebut domain pengikat reseptor (receptor binding domain/RBD), yang secara langsung mengikat ke sel untuk memicu infeksi, juga menangkap molekul unik yang terkait dengan darah tipe A.
"Molekul-molekul ini, yang dikenal sebagai antigen, muncul pada sel-sel yang melapisi saluran pernapasan, termasuk paru-paru," kata penulis studi sekaligus dokter pengobatan transfusi di Brigham and Women's Hospital in Massachusetts dan Emory University in Georgia, dr Sean Stowell, kepada Live Science.
Secara teori, struktur pengikat DBD dapat membantu virus korona masuk dan menginfeksi sel-sel saluran napas dengan lebih mudah. Namun demikian, penulis belum mengetahui secara pasti mengapa bisa terjadi. "Apakah ini benar-benar memengaruhi kemampuan virus masuk ke dalam sel? Apakah virus hanya memengaruhi kemampuannya melekat pada sel?" kata Stowell.
Data tersebut masih sebatas memberi hubungan fisik pertama antara virus korona dan golongan darah tipe A. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan perbedaan tersebut memengaruhi kemungkinan infeksi yang sebenarnya.
Stowel menambahkan, sejak awal pandemi, beberapa penelitian mengungkap adanya golongan darah yang sering terinfeksi Covid-19. Banyak disebutkan orang dengan darah O memiliki risiko lebih rendah tertular dibanding darah non-O.
Menurut ahli imunologi klinis pada Odense University Hospital dan The University of Southern Denmark, Torben Barington, orang dengan darah A juga lebih mungkin untuk mengembangkan gejala parah dan kegagalan pernapasan ketika tertular virus. "Beberapa hipotesis telah diajukan untuk asosiasi ini. Tetapi kami masih perlu mempelajari mekanisme sebenarnya," katanya.
Studi baru itu mengisyaratkan penjelasan mengapa SARS-CoV-2 dapat menginfeksi orang bergolongan darah A lebih dan B meski lebih rendah. "Kami mulai melihat berbagai bagian virus dan menyadari bahwa domain pengikat reseptor, terlihat sangat mirip dengan kelompok protein kuno yang disebut galektin(galectin)," kata Stowell.
Galektin dapat ditemukan pada semua hewan multiseluler dan terikat pada karbohidrat, atau struktur gula, yang dikenal sebagai glikan (glycan). Pada manusia, galektin dapat ditemukan di seluruh tubuh dan berpartisipasi dalam banyak proses, mulai dari perkembangan otot, metabolisme, juga perilaku sel kekebalan.
"Kami telah mengamati bahwa galektin sangat suka mengikat antigen golongan darah, protein dan molekul yang khusus untuk golongan darah berbeda dan menempel di permukaan sel," katanya.
Antigen golongan darah memiliki dua susunan molekul A dan B. Ada atau tidaknya antigen ini menentukan golongan darah seseorang menjadi A, B, atau AB. American Red Cross menyebutkan, darah O tidak memiliki dua jenis antigen baik A maupun B.
"Mengingat adanya kemiripan molekuler antara RBD virus korona dan galektin, kami berpikir, yah mungkin virus itu langsung mengikat antigen golongan darah," jelas Stowell.
Ia berasumsi, antigen golongan darah entah bagaimana dapat memengaruhi kemungkinan infeksi. Misalnya, beberapa virus berkembang biak di sel dengan lebih dulu menangkap glikan pada permukaannya.
Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Current Opinion in Structural Biology pada 2016, virus kemudian melepaskan glikan itu untuk menyelinap melalui pintu masuk terdekat ke dalam sel, memicu infeksi. Hal serupa berpotensi terjadi dengan antigen golongan darah dan SARS-CoV-2 sehingga tim kemudian menjalankan eksperimen.
hay/G-1