Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, pada Senin (26/9) meminta semua keluarga untuk memaknai Hari Kontrasepsi Sedunia 2022 yang diperingati setiap 26 September, sebagai waktu untuk merencanakan kehamilan yang sehat dan nyaman.
"Melakukan sosialisasi kehamilan yang terencana dengan penggunaan alat kontrasepsi sangat penting untuk menekan angka kematian ibu dan bayi, meningkatkan kualitas hidup bayi agar terhindar dari stunting," kata Hasto Wardoyo di Jakarta.
Data dalam Pendataan Keluarga (PK21) menyebutkan bahwa angka kelahiran total (TFR) secara nasional turun menjadi 2,24 setelah pada 2017 berada pada angka 2,6.
"Meski sudah mengalami penurunan menjadi 2,24 anak per perempuan usia reproduksi, angka itu belum menyentuh target sasaran yang ditetapkan pemerintah yakni 2,1 pada tahun 2024," kata Hasto.
Padahal, kata Hasto, alat kontrasepsi berguna untuk mengendalikan ledakan penduduk dan mencegah tiap individu tertular penyakit yang berhubungan dengan masalah reproduksi, misalnya kanker serviks. Kontrasepsi juga menekan angka kematian ibu dan bayi melalui pemberian jarak antar kehamilan dan kelahiran.
Dalam data BKKBN, tren penggunaan alat kontrasepsi menunjukkan perbaikan. Tercatat penggunaan KB didominasi oleh 32 persen menggunakan suntik, 14 persen menggunakan pil, empat persen IUD, dan tiga persen implan.
Sebagai wujud keseriusannya terhadap pencegahan angka kematian ibu dan bayi, BKKBN telah menyediakan IUD, implan atau susuk, pil, kondom dan suntik secara gratis pada fasilitas kesehatan yang terintegrasi dengan BKKBN.
Hasto mengaku apabila penggunaan pil dan suntik saat ini masih belum bisa menjamin keamanan dalam mencegah kehamilan. Namun penggunaan kontrasepsi difokuskan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memahami pentingnya mengatur jarak kehamilan.
Dalam memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia 2022, BKKBN juga mempersiapkanpap smeargratis merupakan tindakan sebagaiscreeninguntuk mengetahui potensi timbulnya kanker serviks, yang dibarengi dengan sosialisasi kesehatan reproduksi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Target sasarannya merupakan wanita usia 21-65 tahun dan aktif melakukan hubungan seksual.
Melalui deteksi dini diharapkan membuat perempuan tidak terlambat dalam mendapatkan diagnosis atau penyakit dapat diketahui sedini mungkin.
"Kita harus terus memberi pemahaman tentang bahaya kehamilan tidak direncanakan, jarak yang terlalu dekat, itu terus disosialisasikan. Kalau punya anak terlalu dekat, risiko stuntingnya tinggi," ujar dia. Ant/I-1