“Justru ketika serangan yang otoriter ditujukan kepada kita, semangat perjuangan kita itu terus menyala-nyala," jelasnya.
JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengingatkan peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli dapat dipahami sebagai semangat juang bagaimana keyakinan dalam politik yang diajarkan Soekarno, serta dukungan kekuatan arus bawah menghadapi pemerintahan Orde Baru yang otoriter.
"(Kudatuli) menjadi tonggak yang sangat penting bagi reformasi di Republik ini," kata Hasto dalam acara wayangan dengan lakon 'Sumatri Ngenger' di Masjid At Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (3/8) malam.
Politisi asal Yogyakarta ini mengungkapkan bahwa peringatan 27 Juli ini rangkaiannya sangat lengkap.
Walaupun digelar sama dengan 9 tahun lalu dan dirayakan terus-menerus di kantor DPP PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro, akan tetapi semangat perjuangan untuk setia pada konstitusi, demokrasi,dan ajaran-ajaran Bung Karno tidak akan pernah berubah.
"Justru ketika serangan yang otoriter ditujukan kepada kita, semangat perjuangan kita itu terus menyala-nyala," jelasnya.
Untuk diketahui, dalang dalam pertunjukan wayang ini adalah Ki Warseno Slank.
Hasto Kristiyanto tampak didampingi oleh Ketua DPP PDIP Rano Karno, Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soejono dan Wakil Bendahara Umum PDIP Yuke Yurike.
Hadir pula senior Partai Emir Moeis serta Dubes Republik Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi.
Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri juga ikut menyaksikan pertunjukan wayang melalui daring.
Ratusan masyarakat sekitar Lenteng Agung pun juga begitu antusias ingin menyaksikan gelaran wayangan tersebut. Mulai dari bapak, ibu, dan anak-anak tampak antusias memenuhi bangku pengunjung.