Seluruh pemangku kepentingan saling berkolaborasi dalam menghidupkan data untuk mempercepat penurunan stunting.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, meminta agar seluruh pemangku kepentingan saling berkolaborasi dalam menghidupkan data untuk mempercepat penurunanstunting.

"Data yang akurat dan terkini menjadi kunci dalam merancang strategi, mengidentifikasi tantangan, dan mengukur dampak dari setiap intervensi yang dilakukan. Dengan menghidupkan data, langkah-langkah yang diambil dapat lebih tepat sasaran," kata Hasto dalam keterangannya di Jakarta, Senin (11/3).

Kepala BKKBN lalu menyebutkan bahwa pemanfaatan data yang tepat akan memberikan manfaat maksimal serta berkontribusi dalam pembuatan kebijakan dengan standar yang mengakomodasi semua (one fits for all), utamanya dalam penurunan angkastuntingdi Indonesia.

Hasto juga menyampaikan, BKKBN memiliki sumber data utama yaitu New Siga (Sistem informasi keluarga), sebuah sistem informasi yang lebih kekinian dan akuntabel, yang menjadi data operasional bagi petugas keluarga berencana (KB) dan pihak terkait dalam melakukan intervensi terhadap program Pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana), khususnya dalam rangka percepatan penurunanstunting.

Selain itu, menurutnya, data kebutuhan ber-KB yang belum terpenuhi atauunmet needjuga menjadi perhatian, termasuk alasan kesehatan yang diidentifikasi sebagai sumber utama dari putus KB dengan persentase 55,97 persen, dan pada kelompok umur 30-34 tahun mencapai 13,3 persen.

"Unmet needsecara erat terkait dengan masalahstunting, karena dengan ber-KB, kelahiran bayi- bayistuntingbaru dapat dicegah," ucapnya.

Ia juga menambahkan, perlu ada penyelidikan dan upaya pencegahanstuntingdengan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap faktor-faktor yang menyebabkanunmet need, seperti keterbatasan akses terhadap makanan bergizi, kurangnya edukasi gizi, serta masih minimnya layanan kesehatan yang berkualitas.

"Stuntingsebagai dampak dari kekurangan gizi kronis pada anak-anak, mencerminkan ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang esensial pada tahap-tahap penting perkembangan manusia," tutur dia. Ant/I-1

Baca Juga: