WASHINGTON DC - Sebuah studi terbaru, pada Kamis (5/1), memperkirakan setengah dari gletser di dunia, terutama yang berukuran kecil, akan lenyap pada akhir abad ini karena perubahan iklim. Studi menyebutkan membatasi pemanasan global dapat menyelamatkan banyak hal.
Dilansir oleh The Straits Times, temuan yang diterbitkan dalam jurnal Science tersebut memberikan pandangan paling komprehensif sejauh ini tentang masa depan 215.000 gletser dunia. Para penulis studi menekankan pentingnya membatasi emisi gas rumah kaca untuk membatasi konsekuensi dari pencairan gletser, seperti kenaikan permukaan laut dan penipisan sumber daya air.
Untuk membantu mengarahkan pembuat kebijakan, penelitian ini melihat dampak dari empat skenario pada gletser, di mana perubahan suhu rata-rata global adalah 1,5 derajat Celsius, 2,0 derajat Celsius, 3,0 derajat Celsius, dan 4,0 derajat Celsius.
"Setiap kenaikan derajat menghasilkan lebih banyak pencairan dan kerugian," kata pakar dari Universitas Oslo dan Universitas Alaska Fairbanks, Regine Hock, yang juga salah satu penulis studi tersebut.
"Tapi, itu juga berarti jika Anda mengurangi kenaikan suhu, Anda juga bisa mengurangi kehilangan massa itu. Jadi dalam pengertian itu, ada juga sedikit harapan," kata Hock kepada AFP.
Bahkan jika kenaikan suhu global dibatasi hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, tujuan paling ambisius dari Perjanjian Paris, para peneliti memperkirakan bahwa 49 persen gletser dunia akan lenyap pada tahun 2100.
Itu akan mewakili sekitar 26 persen dari massa gletser dunia karena gletser terkecil akan terkena dampak pertama.
Suhu rata-rata global saat ini diperkirakan meningkat sebesar 2,7 derajat Celsius, yang akan mengakibatkan hilangnya gletser di Eropa Tengah, Kanada Barat, Amerika Serikat, dan Selandia Baru.
"Daerah dengan es yang relatif sedikit seperti Pegunungan Alpen Eropa, Kaukasus, Andes, atau AS bagian barat, mereka kehilangan hampir semua es pada akhir abad ini, apa pun skenario emisinya. Jadi, gletser itu kurang lebih akan hancur," ujar Hock.
Skenario Terburuk
Di bawah skenario terburuk, kenaikan suhu global 4,0 derajat Celsius, gletser raksasa seperti yang ada di Alaska akan lebih terpengaruh dan 83 persen gletser akan menghilang pada akhir abad ini.
Hilangnya gletser juga akan memperburuk kenaikan permukaan laut. "Gletser yang kita pelajari hanya satu persen dari semua es di Bumi. Jauh lebih sedikit dari lapisan es Greenland dan lapisan es Antartika," kata Hock. "Tapi mereka telah berkontribusi pada kenaikan permukaan laut hampir sama besarnya dengan lapisan es Greenland dan Antartika bersama-sama dalam tiga dekade terakhir," katanya.
Pemanasan 1,5 derajat Celsius akan menyebabkan kenaikan permukaan laut rata-rata sembilan sentimeter sementara suhu 4,0 derajat Celsius lebih tinggi akan menyebabkan kenaikan permukaan laut 15 sentimeter.
"Kedengarannya tidak terlalu banyak, sembilan sentimeter hingga 15 sentimeter, tetapi bukan permukaan laut global yang menjadi perhatian," ujarnya.
"Sebagian besar terkait gelombang badai, yang berpotensi menyebabkan lebih banyak kerusakan," katanya.
Hilangnya gletser juga akan berdampak pada sumber daya air karena menyediakan air tawar bagi sekitar dua miliar orang. "Gletser mengompensasi hilangnya air di musim panas saat tidak banyak hujan dan panas," kata Hock.
Proyeksi studi tersebut, yang lebih pesimistis dibandingkan para ahli iklim PBB, dicapai melalui pengamatan massa setiap gletser selama beberapa dekade dan simulasi komputer.