Harus Kembali ke Pemiliknya yang Sah
Upaya bangsa Indonesia dalam mengembalikan de Javamens atau Manusia Jawa dilakukan pada era 1970-an oleh Profesor Teuku Jacob. Ia menggagas upaya baru untuk memulangkan mereka ke negara asalnya. Jacob (1929-2007) bukanlah yang pertama mengusulkan hal tersebut.
Ia memperoleh gelar PhD di Utrecht pada tahun 1967 dan menjadi profesor di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1970-an. Sampai saat ini ia dianggap sebagai ahli paleoantropologi terpenting di Indonesia. Argumennya bahwa koleksi Eugene Dubois sangat penting bagi penelitian ilmiah di Indonesia tidak membuahkan hasil.
"Dan kini (Agustus 2024) sudah lebih dari dua tahun kita menunggu keputusan atas permintaan pengembalian koleksi terbaru Indonesia tersebut. Hal ini tampaknya bertentangan dengan pernyataan yang dibuat oleh menteri-menteri Belanda berturut-turut di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan," tulis jurnalis Ronald Frisart pada lamanHistoriek.
Pada bulan Januari 2021, Menteri Ingrid van Engelshoven mengirimkan visi kebijakannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat tentang koleksi dari konteks kolonial. "Saya menekankan bahwa jika permintaan melibatkan kerangka manusia, maka kehati-hatian adalah hal yang tepat. Saya akan memberikan prioritas tertinggi pada permintaan ini dan menggunakan pengembalian dana sebagai titik awal," kata dia.
Dubois berhubungan dengan sisa-sisa manusia, namun beberapa di antaranya, dan pastinya temuan tengkorak/tulang paha/geraham yang terkenal, berasal dari manusia meskipun tentu saja ini bukan nenek moyang langsung dari orang Indonesia yang masih hidup atau orang-orang yang menderita di bawah kolonialisme.
Menteri Luar Negeri Gunay Uslu kemudian mengirimkan surat kepada DPR Belanda pada Juli 2022 tentang implementasi visi kebijakan (masa jabatan Menteri Van Engelshoven berakhir pada Januari 2022). Uslu mengabarkan, masih ada beberapa urusan formal yang harus diselesaikan.
Sementara itu Komite Penasihat yang secara khusus dibentuk untuk masalah tersebut dibentuk pada November 2022. Komite yang anggota adalah pakar terkait harus memberi nasihat atas permintaan Indonesia untuk mengembalikan koleksi Dubois berdasarkan visi kebijakan yang dibuat oleh Van Engelshoven dan peraturan komite sendiri. Tidak ada satu pun dokumen yang menyebutkan waktu maksimum yang diperlukan komite dan menteri untuk memberikan nasihat dan memutuskan permintaan tersebut.
Penentang restitusi ke Indonesia berargumen bahwa tanpa Dubois, koleksi ini tidak akan pernah ada, dan Dubois-lah yang memberi makna pada koleksi ini, terutama karena ia mengidentifikasi tiga temuan sebagai mata rantai yang hilang dalam evolusi dari kera ke manusia.
"Apapun hasilnya, keputusan Belanda ditunggu sesuai dengan kepentingan internasional yang besar. Sebab, kali ini bukan soal karya seni biasa yang dijarah, melainkan soal koleksi sejarah alam. Masalah restitusi merupakan hal yang asing bagi pengelola koleksi sejarah alam dibandingkan bagi museum seni. Oleh karena itu, keputusan Belanda mengenai koleksi Dubois terbukti penting secara internasional," tulis Frisart. hay/I-1