Pemerintah harus terus menyosialisasikan pemakaian masker dan memastikan cakupan vaksin dosis lengkap lebih banyak.

YOGYAKARTA - Potensi peningkatan kasus positif Covid-19 pada libur panjang akhir tahun, saat Natal dan Tahun Baru tampaknya tidak terlalu mengkhawatirkan. Yang terpenting, pemerintah harus mengantisipasi dan mempersiapkan sistem kesehatan jika ada peningkatan kasus korona di Tanah Air.

"Sementara untuk masker ya kampanye penggunaan masker bagi yang sakit atau berisiko tinggi. Itu saja saya kira sudah cukup," kata epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad, saat dihubungi Koran Jakarta, Minggu (18/12).

Mengenai peningkatan kasus positif Covid-19 dalam beberapa waktu sebelumnya, Andono mengatakan harus dilihat sebagai salah satu momen fluktuasi kasus di mana hal itu akan tetap terjadi dari waktu ke waktu. Tetapi, karena sebagian besar populasi sudah memiliki kekebalan, kemungkinan terjadinya peningkatan kasus yang sangat tinggi dalam waktu singkat kecil kemungkinannya.

"Kalau kita lihat slope kurva peningkatan kasus tidak setajam ketika Delta dan Omicron asli, meskipun tingkat mobilitas orang sudah kembali ke sebelum pandemi. Maka yang diperlukan adalah menyiapkan sistem layanan kesehatan agar siap menampung lonjakan kasus. pemakaian masker, memastikan cakupan vaksin dosis lengkap lebih baik," jelas Andono Ahmad.

Disiplin prokes seperti pemakaian masker di tempat tertutup meski terus digalakkan sebab mobilitas masyarakat sudah terlanjur tinggi.

Pakar biostatistika epidemiologi Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan masyarakat diharapkan tetap menjaga dan menerapkan protokol kesehatan selama kegiatan dalam masa libur Natal dan Tahun Baru.

Sudah Menurun

Sebenarnya, tambah Windhu, awal September lalu kasus Covid-19 itu sudah menurun. Jika terjadi lonjakan kasus itu disebabkan oleh mulai melemahnya protokol kesehatan masyarakat, di samping munculnya subvarian baru dari Omicron.

"Adanya penularan baru itu kan terjadi ketika seseorang tidak memakai masker sebagai pelindung. Artinya, ketika terjadi penularan, baik orang yang tertular maupun yang menulari sedang tidak menggunakan pelindungnya dengan baik," ujar Windhu.

Terkait munculnya subvarian baru, Windhu mengatakan kemunculan subvarian baru itu tidak memiliki tingkat fatalitas yang tinggi layaknya varian-varian yang muncul sebelumnya.

"Ketika muncul varian baru itu dia tidak dikenali oleh tubuh. Jadi, varian-varian baru itu pada umumnya memiliki kemampuan melarikan diri dari kekebalan tubuh manusia. Sehingga, kalau muncul varian atau subvarian baru, penularan akan lebih tinggi. Tapi nanti lama kelamaan akan menurun lagi," tuturnya.

Seperti dikutip dari Antara, Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mencatat tidak ada penambahan kasus baru warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 dalam sepekan terakhir.

"Jumlah pasien wajib isolasi dalam sepekan terakhir masih tetap dua orang, mereka menjalani karantina mandiri," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat, M. Putra Kusuma di Mentok, Minggu.

Meskipun tidak ada penambahan kasus baru, namun masyarakat tetap diminta waspada dan tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, minimal menggunakan masker pada saat berada dalam kerumunan.

Selain itu, warga yang belum mendapatkan pelayanan vaksinasi Covid-19 diimbau untuk segera ke unit pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi, sedangkan yang sudah menerima vaksinasi diminta untuk segera melengkapi vaksinasi sesuai dosis yang dianjurkan.

"Vaksinasi penting dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada masa pandemi seperti sekarang ini, sehingga pada saat tertular virus tidak mengakibatkan gejala sakit berat atau bahkan hingga meninggal dunia," ujarnya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan, di Kabupaten Bangka Barat ditemukan sebanyak 7.177 kasus warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 selama pandemi berlangsung.

Baca Juga: