JAKARTA - Hari Rabu (12/1) ini vaksin Covid-19 booster untuk lanjutan mulai diberikan kepada masyarakat dalam rangka melindungi dari pandemi. Demikian disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, dalam konferensi pers, di Jakarta, Selasa (11/1).

"Vaksinasi booster ini penting sebagai komitmen pemerintah melindungi masyarakat dari Covid-19 dan varian barunya. Mudah-mudahan program ini membuat masyarakat lebih sehat dan kuat menghadapi potensi gelombang Covid-19 selanjutnya," ujarnya. Dia menekankan, vaksin booster diberikan secara gratis atau mempertahankan mekanisme vaksin gotong royong.

Dia menjelaskan, vaksin booster secara gratis bagi masyarakat berusia 18 ke atas dan sudah mendapat vaksinasi dosis lengkap minimal 6 bulan lalu. Adapun prioritas diberikan kepada lansia, kelompok rentan atau immunocompromized. "Vaksinasi booster dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik pemerintah seperti Puskesmas, RS pemerintah, dan RS pemda," tambahnya.

Lebih jauh, Menkes menerangkan, pemerintah sudah memiliki ketersediaan vaksin yang cukup baik. Bahkan Covax meningkatkan bantuan vaksin untuk Indonesia dari 20 persen menjadi 30 persen.Hal ini setara vaksinasi 27 juta orang atau 54 juta dosis vaksin gratis total tahun lalu dan tahun ini.

Budi menerangkan, pelaksanaan vaksinasi booster mempertimbangkan ketersediaan vaksin dan hasil riset peneliti dalam serta luar negeri. Dia merinci, kombinasi vaksinasi booster yaitu primer Sinovac menggunakan setengah dosis Pfizer atau setengah dosis AstraZeneca. Sedangkan, primer AstraZeneca menggunakan booster setengah Moderna.

"Ini kombinasi awal dari rezim vaksinasi booster yang kita sediakan atas persetujuan BPOM. Nanti bisa berkembang berdasar riset dan ketersediaan vaksin," katanya. Budi memaparkan, penelitian luar negeri menunjukkan, vaksin booster heterolog atau jenis berbeda menunjukkan peningkatan antibodi relatif sama atau lebih baik dari vaksin booster homolog (sejenis).

Vaksin booster setengah dosis relatif sama dan lebih baik dari vaksin booster dosis penuh. Selain itu, dampak ikutannya lebih ringan. Rekomendasi WHO juga menyebut, vaksin booster bisa homolog atau berbeda/heterolog. "Jadi, WHO memberi keleluasaan kepada tiap negara dalam menerapkan program booster sesuai dengan stok vaksin," tandasnya.

Baca Juga: