NEW YORK - Harga uranium mencapai level tertinggi selama hampir 17 tahun pada Jumat (15/12), didorong oleh terbatasnya pasokan dan meningkatnya permintaan, dengan latar belakang minat baru terhadap tenaga nuklir.

Kontrak patokan untuk uranium oksida yang digunakan sebagai bahan bakar nuklir, naik menjadi $85,75 per pon (sekitar 450 gram) untuk pertama kalinya sejak Januari 2007.

Kenaikan harga ini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama peningkatan permintaan karena minat baru terhadap tenaga nuklir, dan juga karena kekhawatiran mengenai pasokan minyak dan gas setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Harga yang lebih tinggi akan menyusahkan negara-negara yang sangat bergantung pada energi nuklir, seperti Prancis, yang menghasilkan hampir 70 persen listriknya dari tenaga nuklir pada tahun 2021, menurut Administrasi Informasi Energi AS.

Prancis, bersama Belgia, Inggris, dan Rumania baru-baru ini mengizinkan perpanjangan pengoperasian beberapa pembangkit listrik yang ada.

Di Amerika Serikat, komisi utilitas publik Kalifornia (CPUC) pada Kamis menyetujui perpanjangan masa pakai dua reaktor di dekat Los Angeles selama lima tahun, yang semula dijadwalkan ditutup pada 2024 dan 2025.

Proyek-proyek baru juga telah diluncurkan, khususnya di Tiongkok, di mana 25 reaktor sedang dibangun - serta di India, Turki, dan Mesir.

Permintaan tenaga nuklir meningkat, namun "pasokannya belum mencukupi," menurut Jonathan Hinze, presiden perusahaan riset industri nuklir UxC.

Hal ini terutama berlaku di Kazakhstan, yang merupakan produsen uranium terbesar di dunia, DAN menyumbang 43 persen produksi global tahun lalu, menurut Asosiasi Nuklir Dunia (WNA).

Kazakhstan menghadapi masalah logistik, khususnya kekurangan asam sulfat yang digunakan untuk ekstraksi, kata Hinze kepada AFP.

Sekitar 58.000 ton uranium diekstraksi di seluruh dunia pada 2022, menurut WNA.

Pasar keuangan juga prihatin dengan kudeta militer baru-baru ini di Niger, negara yang bertanggung jawab atas empat persen produksi uranium di seluruh dunia pada tahun lalu, kata Hinze.

Dalam langkah lain yang kemungkinan akan menekan harga, Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dipimpin Partai Republik pada Senin memutuskan untuk melarang impor uranium dari Rusia, yang bertanggung jawab atas lima persen produksi global.

RUU tersebut masih harus disetujui Senat yang dikuasai Partai Demokrat.

Semua faktor ini diperburuk dengan munculnya pemain keuangan yang menimbun cadangan uranium dalam jumlah besar dan menaikkan harga.

Yang terbesar adalah Sprott Kanada, yang menguasai hampir 28.000 ton bijih berharga pada akhir Juni.

Untuk memenuhi permintaan uranium yang terus meningkat, tambang-tambang tua dibuka kembali di seluruh dunia seperti di negara bagian Utah, AS.

"Permintaan uranium akan tetap kuat dan meningkat," kata Hinze dari UxC. Tidak mungkin meningkatkan pasokan dalam semalam, katanya.

Akibatnya, "jika ada, harga akan terus naik, bukan turun," dalam jangka menengah, katanya.

Baca Juga: