TOKYO - Harga minyak turun pada awal perdagangan Kamis (25/4) karena kekhawatiran terhadap potensi perlambatan perekonomian AS di tengah prospek penundaan penurunan suku bunga melebihi kekhawatiran atas risiko meluasnya konflik di Timur Tengah.

Minyak mentah berjangka Brent turun 9 sen, atau 0,1 persen, menjadi $86,95 per barel, dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 7 sen, atau 0,1 persen, menjadi $82,74 per barel. Kedua benchmark tersebut kehilangan kurang dari 1 persen pada Rabu.

"Ketegangan antara Iran dan Israel telah mereda, namun serangan Israel terhadap Gaza diperkirakan akan memburuk, dan risiko konflik menyebar ke negara-negara tetangga menjadi faktor yang menopang harga minyak," kata Toshitaka Tazawa, analis di Fujitomi Securities Co Ltd.

"Di sisi lain, penundaan penurunan suku bunga AS telah menjadi sumber kekhawatiran bagi perekonomian AS dan permintaan minyak mentah, yang membebani pasar minyak," ujarnya.

Pesawat-pesawat tempur Israel menggempur Jalur Gaza utara untuk hari kedua pada Rabu dalam serangan sengit yang telah menghancurkan ketenangan selama berminggu-minggu. Israel juga mengatakan pihaknya bergerak maju dengan rencana serangan habis-habisan terhadap Rafah di selatan.

Sementara itu, aktivitas bisnis AS menurun pada bulan April ke level terendah dalam empat bulan, dengan S&P Global mengatakan pada hari Selasa bahwa Indeks Output PMI Komposit, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, turun menjadi 50,9 pada bulan ini dari 52,1 pada bulan Maret.

Bank Sentral AS (Federal Reserve) dihantui oleh serangkaian data inflasi dan lapangan kerja yang lebih kuat dari perkiraan, yang menunjukkan upaya untuk mengembalikan inflasi ke tingkat target bank sentral sebesar 2 persen telah terhenti atau berbalik arah.

Data produk domestik bruto AS dan pengeluaran konsumsi pribadi bulan Maret akhir pekan ini akan sangat penting bagi dolar dan upaya apa pun untuk mengukur jalur suku bunga AS.

Data Badan Informasi Energi (EIA) pada Rabu menunjukkan persediaan minyak mentah AS secara tak terduga turun pada minggu lalu karena lonjakan ekspor, sementara stok bensin turun lebih kecil dari perkiraan.

Stok minyak mentah merosot 6,4 juta barel menjadi 453,6 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 19 April, kata EIA, dibandingkan dengan ekspektasi dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 825.000 barel.

"Data tersebut memberikan dorongan sementara pada harga minyak, namun tampaknya tidak bertahan lama," kata Tazawa dari Fujitomi.

Baca Juga: